Lihat ke Halaman Asli

SRI PATMI

Dari Bumi ke Langit

Sejarah Tinggal Sejarah, Nasib Tugu Peringatan Perjuangan Rakyat Serpong Kini

Diperbarui: 10 November 2021   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : kabartangsel.com

Indonesia meraih kemerdekaan bukan dari hadiah yang diberikan oleh penjajah tetapi melalui tumpah darah. Menelaah sejarah merupakan momentum bagi generasi muda untuk mengingat lagi bagaimana kebesaran bangsa ini tercipta. Tak dapat dipungkiri, sejarah hanyalah tinggal sejarah. 

Kehidupan sudah sangat dimanjakan dengan globalisasi yang terjadi secara mondial. Waktu berganti, sejarah berganti, bukan pula untuk dilupakan. Sejarah menjadi pemaknaan andragogi yang mendewasakan.

Sadar atau tidak disadari, kita adalah produk masa lalu sejarah. Takkan ada kehidupan yang serba hingar bingar dengan gemerlap lampu dan semerbak wangi bunga di taman tanpa sejarah. 

Dari sejarah, manusia akan mampu bersikap dan menentukan pola dari kasus yang serupa. Sayangnya, benang merah tersebut hanya menjadi isapan jempol belaka. 

Kesadaran tentang sejarah mulai berkurang, sikap diri semakin tak karuan. Simbol, ikon dan indeks diciptakan untuk mengenang dan mengingatkan kembali tentang keagungan bangsa. Lalu bagaimana jika simbol tersebut ternyata malah kehilangan makna.

Tugu Peringatan Perjuangan Rakyat Serpong terletak di Bundaran Cisauk/Perempatan Cisauk (sering disebut Prancis). Jika awam dengan tugu ini, maka ingatlah tugu Pahlawan Seribu yang sangat lekat dengan sejarahnya. 

Kisah berdarah itu diabadikan dalam tugu ini. Tugu yang didirikan pada Hari Selasa Jam 6 petang, tanggal 27 Desember 1949 (5 Mulud  1369) ironis menyayat perasaan semakin teriris. Bagaimana tidak? Keadaan tugu ini dari waktu ke waktu seakan diabaikan. 

Tugu ini saksi bisu, ketika tahun 1945, Serpong masih diduduki oleh NICA (Nederlands Indies Civil Administration) yang membonceng pasukan Inggris, yang membawa misi menyisir keberadaan sisa-sisa pasukan Jepang yang kalah di Perang Dunia II. 

Peristiwa itu terjadi 26 Mei 1946 dimana Laskar Banten yang membawa senjata tajam harus diberondong senapan mesin NICA dari atas bukit. Salah satu pahlawan yang paling dikenal namanya adalah Daan Mogot. 

Dimana nama itu dijadikan nama jalan Tangerang -- Jakarta Barat. Perjuangan rakyat Serpong tersebut harus pupus bukan karena minimnya persiapan, tetapi ada pengkhianat dari bangsa sendiri. Banyak pejuang yang gugur di medan perang. Penyebutan kata pahlawan seribu sendiri sebenarnya pemaknaan leksikal karena saking banyaknya yang gugur pada masa perebutan kemerdekaan itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline