Drs Sahat Sitorus resmi dilantik Presiden Jokowi sebagai Duta Besar RI untuk Timor Leste di Istana Negara, Senin (13/3/2017). Sahat dilantik bersama 16 Dubes lain, di antaranya Tantowi Yahya (Selandia Baru) dan Yuddy Chrisnandi (Ukraina), yang akan bertugas mewakili Indonesia di luar negeri.
Sahat Sitorus menjadi istimewa, paling tidak menurut saya, lantaran ia merupakan putera seorang miliarder Batak, DL Sitorus. Kekayaan DL Sitorus yang kini telah memasuki usia senja terbilang fantastis meski belum mampu menyamai miliarder lain yang telah bertengger sebagai orang terkaya Indonesia. Tetapi, bagi orang Batak, DL Sitorus merupakan representasi kemakmuran sehingga kerap dijadikan sebagai referensi maupun panutan.
Lantas, kenapa Sihar Sitorus masih mau ditunjuk sebagai Dubes di Timor Leste? Bukan bermaksud memandang sebelah mata, Timor Leste sebagaimana diketahui merupakan negara yang baru berdiri, setelah memisahkan diri dari Indonesia pada 1999 silam. Tentu sebagai negara muda, Timor Leste masih dalam tahap penataan sekaligus pengembangan. Dengan kata lain, investasi dalam bentuk apapun masih sangat terbuka lebar di sana. Itu artinya, tugas Sihar di Timor Leste cukup menantang.
Sekali lagi, kenapa Sihar Sitorus bersedia? Sepertinya Presiden Jokowi meminta Sihar Sitorus karena dinilai cukup mumpuni menjalin kerja sama bisnis Indonesia-Timor Leste. Sebagai anak pengusaha dan pernah menangani klub sepakbola PSMS Medan, Sihar dianggap akan piawai menghadirkan kolaborasi khususnya di bidang ekonomi antara Indonesia dan eks Provinsi Timor Timur itu.
Dipercaya sebagai Dubes RI di Timor Leste, tentu saja merupakan kebanggaan bagi ayahnya, DL Sitorus. Sebab, dalam tatanan sosial masyarakat Batak, Sihar Sitorus telah mencapai tingkat kesempurnaan, yakni Hagabeon (mempunyai anak), Hamoraon (Harta/Kekayaan), dan terakhir Hasangapon (Kekuasaan/Jabatan).
Selamat bertugas, Tulang!