Lihat ke Halaman Asli

Ari Pangarso

Wirausaha

Profesi Hanyalah "Gincu" Sosial Masyarakat

Diperbarui: 27 Desember 2016   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dewasa ini suatu profesi ataupun pekerjaan manusia menjadi titik dan tolak ukur masyarakat terhadap seseorang/individu. Dimana suatu profesi tersebut bisa menaikan bahkan menurunkan nilai seseorang dihadapan masyarakat. Ketika di lingkungan  masyarakat,profesi yg formal (berseragam)bisa mengangkat pandangan orang terhadap suatu individu meskipun jika ngomong masalah penghasilan individu berseragam ini hanya bisa di bilang kelas menengah kebawah "honorer". Tetapi masyarakat bisa seenaknya memandang individu honorer ini telah berkecukupan. Di sisi lain,terdapat individu yg profesinya tidaklah formal (tidak berseragam). Namun, penghasilan nya diatas si individu berseragam tadi. Anehnya,mengapa masyarakat lebih meng-uwongkan (memandang bagus) si individu berseragam tadi?? 

Disini sangat jelas terdapat rentang berpikir yang sangat tebal dan jauh. Mengapa orang berseragam atau tidak bisa menjadi tolak ukur penilaian sosial yang kuwalik "terbalik" ? 

Apa mungkin kehormatan seseorang hanyalah soal gincu yg bernamakan seragam? Persoalan inilah yg menurut saya pribadi menjadi kelemahan suatu masyarakat di negeri ini. Tidak bisa membedakan batu kerikil dan permata. Parahnya tidak bisa membedakan seorang kiai penebar kedamaian dengan kiai "habib" penebar kebencian. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline