Lihat ke Halaman Asli

pandu briantisno

Kasubsi Verifikasi Akun Mabesal Diskual

Pandemi Global atau Perang Asimetris

Diperbarui: 29 Juli 2022   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masih dalam situasi pandemi  Covid-19 yang belum jelas kapan akan benar-benar berakhir dari muka bumi, muncul lagi serangan baru yakni "Cacar Monyet", atau Penyakit Mulut Kuku "PMK". Sebenarnya penyakit-penyakit diatas apakah memang benar-benar muncul secara alamiah tanpa campur tangan rekayasa manusia? Lebih jelasnya lagi adalah apakah benar semata-mata karena kiriman Tuhan untuk menguji hamba-hambaNya. Atau justru sebaliknya, penyakit-penyakit ini sengaja diciptakan oleh oknum atau pihak-pihak yang memiliki berbagai kepentingan seperti pembunuhan massal "Genocide", konteks bisnis, pengendalian ekonomi dunia atau bahkan politik global. Terlepas dari apakah wabah diatas adalah rekayasa ataupun alami disebabkan kondisi alam, sebagai umat beragama penulis senantiasa percaya dan yakin bahwa segala sesuatu yang hidup di dunia ini adalah berasal dari Dzat pencipta yaitu Tuhan.

Dunia sudah menghadapi banyak sekali wabah yang mungkin bisa dikatakan jauh lebih mematikan bila dibandingkan Covid-19, hal itu tak lepas dari perkembangan dunia pengobatan serta kedokteran yang belum semaju/secanggih dunia modern saat ini. Dari sejak zaman Nabi Muhammad sekitar 500 M dunia telah mengenal wabah (thaun) Pes yang pertama kali muncul di Bizantium/Konstantinopel, kemudian di tahun 1300 M di daratan Eropa diserang dengan wabah yang sama dengan sebutan "Black Death". Kolera muncul tahun 1800 M pertama kali di India. Wabah ini menyebar dari Sungai Gangga menuju Asia, Eropa, Afrika dan Amerika Utara dan menular melalui air yang tercemar. 

Berturut-turut muncul Flu Spanyol H1N1 tahun 1900 an yang biasa menyerang burung pada saat itu tercatat mengakibatkan 500 juta orang terpapar dan seperlimanya meninggal. Lalu ada Flu Asia di tahun 1950 an, kemudian Flu Hongkong semacam influenza yag ada saat ini. Kemudian tahun 1976 pertama kali ditemukan HIV/AIDS yang hingga saat ini belum ditemukan obatnya, lanjut di awal 2000 an muncul virus SARS, tahun 2010 muncul virus Flu Babi, Ebola tahun 2013, hingga yang paling hits saat ini adalah Novel Coronavirus atau dikenal Covid-19 yang terus bermutasi memunculkan berbagai varian-varian baru. Munculnya varian baru yang terus menerus berkembang terkadang membuat kita penasaran dan berpikir liar, "mungkinkah virus ini sengaja dikembangkan oleh manusia?"

Muncul berbagai teori konspirasi bahwa virus ini sengaja dikembangkan oleh pihak-pihak dengan tujuan tertentu salah satunya adalah mengurangi populasi bumi yang telah semakin penuh sesak seperti yang pernah dikatakan Bill Gates di tahun 2010. Gates yang saat itu tampil dalam TED Talks membawa tema "Innovating to Zero" yang membuatnya membahas soal pengurangan CO2 dan vaksin yang di anggap dapat mengontrol populasi manusia. Meskipun telah dibantah oleh Gates, teori konspirasi ini tidak sepenuhnya dapat disalahkan apabila kita kaitkan dengan teori perang asimetris (assymetric warfare). Di era sekarang paradigma perang konvensional telah bergeser menjadi  peperangan halus namun memiliki dampak yang lebih mematikan "soft war but more deadly". US Army College menyatakan "Peperangan asimetris dapat dideskripsikan sebagai sebuah konflik dimana dari dua pihak yang bertikai berbeda sumber daya inti perjuangannya, cara berinteraksi dan upaya untuk saling mengeksploitasi karakteristik kelemahan-kelemahan lawannya". Perjuangan yang saling berhubungan dengan strategi dan perang non konvensional. Pejuang yang lebih lemah berupaya memakai strategi dalam rangka mengimbangi kekurangan yang dimiliki dalam hal kualitas dan kuantitas. (Tomes, Robert, Spring 2004, Relearning Counterin Surgency Warfare, Parameter, US Army War College). Mungkin bisa jadi virus Corona diciptakan sebagai suatu strategi nirmiliter yang menekankan terhadap hasil peperangan non militer.

Maksud dan tujuan perang ini sebenarnya adalah kontrol ekonomi dunia, penguasaan Sumber Daya Alam dsb. Mantan Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryaccudu, 2015 mengatakan "Asymmetric warfare merupakan perang murah meriah tapi kehancurannya lebih dahsyat daripada bom atom. Jika Jakarta di bom atom, maka daerah-daerah lain tidak terkena tetapi bila dihancurkan menggunakan asymmetric warfare maka penghancuran sistem di negara ini, hancur berpuluh-puluh tahun dan menyeluruh."  Umumnya perang asimetris dilakukan melalui media budaya, ekonomi, keuangan, teknologi informasi. Namun saat ini senjata biologis "biological threats" dipakai sebagai salah satu strategi perang asimetris yang ingin menghasilkan daya hancur yang luar biasa namun musuh sesungguhnya tidak dapat dilihat secara kasat mata, karena melibatkan bakteri ataupun virus mematikan yang hanya dilihat dengan mikroskop. Virus-virus yang datang silih berganti menyebabkan timbulnya pandemi dunia saat ini mungkin saja merupakan salah satu strategi yang dibuat dengan tujuan penguasaan ekonomi dunia, SDA di masa depan dengan mengurangi populasi dunia secara signfikan, menyebabkan kehancuran ekonomi dibanyak negara dunia dan hanya negara yang dapat bertahan saja yang boleh tetap tinggal di bumi ini. Seperti doktrin yang sering didengungkan "control oil and you control nations, control food and you control the people". Kuasai minyak maka anda mengendalikan negara, kendalikan pangan maka anda mengontrol rakyatnya (Henry Kissinger). Semua jelas bermuara pada kontrol ekonomi dan penguasaan SDA sebuah negara.

Negara pemenang akan menguasai perekonomian dunia dan menunjukkan powernya untuk mengatur kehidupan di Bumi. Sebagai contoh, dilepaskannya kembali virus Flu Burung atau Penyakit Mulut Kuku yang menyerang unggas maupun ternak, maka si pembuat wabah otomatis akan memproduksi vaksinnya secara massal. Maka bisa dibayangkan berapa obat vaksin yang dapat laku terjual, strategi semacam ini merupakan motif ekonomi yang dapat dikategorikan ke dalam perang asimetris.

Indonesia merupakan daerah beriklim hangat (tropis) tentu memiliki banyak penyakit endemi yang dapat berkembang dengan cepat, sehingga jika hal ini dimanfaatkan negara yang dengan sengaja ingin menguasai SDA mineral kita yang sedemikian melimpahnya, maka sistem pertahanan menjadi bagian penting yang harus dilindungi dari ancaman ini. Tanpa keluar dari topik pembahasan dalam artikel ini, maka kesehatan adalah bagian penting dari sistem pertahanan Indonesia. Ancaman senjata biologi seperti virus, bakteri yang mungkin sengaja dikembangkan untuk melemahkan sistem pertahanan negara kita dengan hasil akhir melumpuhkan ekonomi kita, sehingga negara kita akan bangkrut kemudian menggantungkan subsidi untuk bertahan hidup dari negara adi kuasa, sangatlah mungkin dan nyata terjadi.

Peran Tentara Nasional Indonesia sebagai alat negara di bidang pertahanan adalah melindungi negara dari segala ancaman baik militer maupun nirmiliter seperti senjata biologis. Pekerjaan ini tidak akan berhasil tanpa adanya kerjasama serta kolaborasi multi sektor yang baik antara sipil ,militer, Pemerintah maupun swasta dalam menjaga pertahanan terhadap datangnya penyakit-penyakit baru, seperti yang juga dilakukan oleh, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Lembaga Penyakit Tropis, Lembaga Eijkman, LIPI dsb. Saat ini fokus kita bersama adalah menyiapkan strategi preventif guna mendeteksi kemungkinan datangnya ancaman "bio threats" yang telah menjadi global health security issue, daripada melaksanakan tindakan kuratif dimana telah kita alami bersama begitu dahsyatnya dampak yang timbul, seperti perjuangan kita selama lebih dari 2 tahun belakangan ini untuk menghadapi Novel Coronavirus. Pemerintah perlu untuk melaksanakan penguatan sistem kesehatan nasional dengan lebih berfokus pada penguatan pelayanan kesehatan, sehingga di masa depan kita tidak akan terdadak apabila menghadapi pandemi-pandemi yang mungkin akan kembali mengancam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline