Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Vaksin Booster Penting Juga bagi Tenaga Kependidikan

Diperbarui: 9 Januari 2022   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tenaga kependidikan sedang menjalani vaksin, ilustrasi diambil dari https://foto.kompas.com

Saya sudah vaksin dua kali. Kedua anak kami juga sama, vaksin dua kali. Saya vaksin di kelompok tenaga kependidikan. Si sulung vaksin di perusahaan tempatnya bekerja. Si bungsu vaksin di rumah sakit, tempat istri bekerja. Rumah sakit tersebut memang menyediakan layanan vaksin untuk keluarga karyawan.

Saya dan teman-teman tenaga kependidikan  lainnya vaksin di klinik. Kebetulan letak sekolah,  tempat kami bekerja, dekat dengan sebuah klinik kesehatan. Jarak sekolah dengan klinik tersebut tak ada satu kilometer.

Jadi, kalau ditempuh dengan jalan kaki, tak membuat lelah. Maka, ketika jadwal vaksin, kami  berjalan kaki ke klinik untuk menerima vaksin. Baik vaksin kesatu maupun kedua. Proses vaksin kesatu dan kedua berhasil.

Namun, ada satu teman guru yang tak berhasil vaksin. Karena, baik menjelang vaksin kesatu maupun kedua, tensi darahnya tinggi. Tapi ternyata, katanya, tensi darah yang cenderung tinggi tersebut dialaminya sejak masih muda (sebelum menikah).

Oleh petugas (baca: dokter) vaksin, ia dianjurkan konsultasi ke dokter spesialis. Tentu maksudnya agar ada solusi untuk tensi darah tingginya sehingga ia bisa vaksin. Tapi, hingga catatan ini saya tulis, ia belum vaksin. Semoga saja segera ada jalan keluar sehingga bisa vaksin seperti kami.

Vaksin lengkap (dua kali) yang sudah dilakukan diyakini mengurangi penyebaran virus Covid-19. Tapi, agar lebih mujarab, dilakukan vaksin ketiga, yang dikenal dengan istilah vaksin booster.

Saya dan kedua anak kami berhenti di vaksin kedua. Sementara itu, istri saya sudah vaksin ketiga. Ia sudah menerima vaksin booster. Memang demikian yang dianjurkan oleh pemerintah  kepada semua tenaga kesehatan dan pendukung kesehatan, menerima vaksin booster.

Kita tahu bahwa tenaga kesehatan dan pendukung kesehatan memiliki risiko terberat pada masa pandemi Covid-19. Karena, mereka berhadapan langsung dengan pasien. Jadi, sangat mudah terpapar virus Covid-19. Upaya memberi vaksin booster adalah upaya melindungi mereka.

Ketika kelompok masyarakat lain belum vaksin  lengkap atau bahkan sama sekali belum vaksin, tenaga kesehatan dan pendukung kesehatan sudah menerima vaksin booster, seperti istri saya. Istri saya bilang, saat vaksin booster menggunakan jenis vaksin yang berbeda dengan vaksin kesatu dan kedua.

Vaksin kesatu dan kedua menggunakan vaksin Sinovac. Saat vaksin booster menggunakan jenis vaksin Moderna. Saya menyaksikan sendiri terjadi efek yang berbeda pada istri saya. Sehabis vaksin kesatu dan kedua, istri saya tak mengalami efek yang berarti.  Tapi, sehabis vaksin booster, istri saya mengalami demam dan mual.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline