Lihat ke Halaman Asli

Film Andhadhun, Membunuh dengan Cara yang Menyenangkan

Diperbarui: 14 April 2019   05:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: boxofficeindia.co.in 

"What is Life?"

Andhadhun dibuka dengan pemandangan gedung-gedung tinggi, jalanan rindang dan rumah-rumah tua di kota Pune. Tak ada yang spesial di kota yang tenang ini.

Apartemen kelas menengah di Prabhat Road no.4, Apartemen kelas atas di Magarpatta, dan coffee shop milik Franco. Persamaannya hanya ketiga tempat tersebut memiliki piano.

Terinspirasi dari film pendek Prancis, Olivier Treiner L'accordeur (The Piano Tuner, 2010) tentang seorang musisi muda yang memutuskan berpura-pura buta, Akash -tokoh utama- menyebarkan cerita bahwa dia buta di usia 14 tahun karena lemparan bola yang mengenai syaraf matanya.

Akash memperkuat kebutaannya dengan memakai jam kuno, seperti kompas saku, yang memungkinkannya membuka tutup kaca dengan elegan saat Akash membutuhkan waktu, sehingga ia bisa merasakan tangan jam dan menit dengan ujung jarinya. Pemakaian kontak lensa warna abu-abu yang menghilangkan 70% penglihatan ditambah 10 % lagi kebutaan dari kacamata hitamnya semakin meyakinkan orang-orang di sekitarnya bahwa Akash benar-benar  buta.

Di kota Pune yang begitu tenang, Sriram Raghavan, sang sutradara, membangun ironi diiringi dentingan piano.

Di awali dengan lagu Naina Da Kya Qasoor yang jika diterjemahkan berarti "Apa yang salah dari mata" dinyanyikan oleh seorang buta, berlanjut menjadi adegan pembunuhan yang menjadi titik balik utama dari film ini.

Sohu.com

Ide cerita film ini adalah seorang pianis buta yang sedang performance di saat tempat pembunuhan sedang dibersihkan.

Pramod Sinha, mantan bintang film tertembak ketika memasuki rumahnya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline