Lihat ke Halaman Asli

Pablito del Sol

LEVANTATE Y ANDA! Hidup adalah sejarah dalam rangkaian Sabda

Keren! Bukan Mudik, Melainkan dengan Ekonomi Kolaboratif, Spanyol Mencoba Patahkan Rantai "Mahkota"

Diperbarui: 12 April 2020   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Dok. pribadi.

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini menempatkan kita pada situasi dilematis dan, barangkali bisa disebut kritis. Sektor yang paling banyak disorot adalah mengenai kelangsungan perekonomian, selain sektor utama yakni kesejahteraan kesehatan setiap orang. Reaksi sebagian orang terhadap wabah ini adalah kepanikan. Bukan saja karena keganasan dalam cara ekspansinya yang bekerja cepat dalam senyap, melainkan juga karena eksesnya terhadap semua bidang kehidupan. 

Ekses paling rawan dirasakan adalah dalam ekonomi. Kepanikan terbesar adalah mengenai kelangkaan. Kelangkaan pertama terjadi pada sarana dan prasarana penanganan mengekang laju bawah corona. Sampai saat ini kita belum menemukan secara pasti obat yang dapat meredam biaknya sang virus. 

Kelangkaan riset dan teknologi kesehatan ini memperlebar arena jangkit sang "mahkota" yang menyebabkan kepanikan lain pada sektor ekonomi apabila jangka waktu #di rumah saja diperpanjang. Kelangkaan ini menimpa semua semua kalangan dalam semua level.

Dalam beberapa pekan yang telah kita lewati, pemerintah dan semua pihak terus berusaha mencari solusi menekan corona.  Di berbagai media informasi kita dapat melihat semua usaha ini. Yang paling gencar adalah upaya mendukung para medis yang mengalami kelangkaan sarana, mulai alat pengaman diri sampai kelangkaan dukungan serasa-sepenanggungan yang timbul oleh karena kelangkaan kepekaan sosial. 

Misalnya kasus tenaga medis yang merawat pasien corona ditolak pulang oleh tetangga mereka sebagaimana dilansir oleh berbagai media pada Rabu, 25 Maret 2020. Pada titik ini dapat kita lihat adanya krisis solidaritas di tengah pandemi bersama. Atau boleh jadi hanya merupakan sebuah reaksi panik sekelompok kecil orang terhadapa situasi.

Setiap kita tentu saja memiliki reaksi berbeda. Perbedaan ini ditunjukkan oleh mereka yang tengah merasakan gejolak corona lebih parah yakni masyarakat Spanyol. Dalam tingkat keparahan yang tinggi ini, mereka mengubah kepanikan terhadap pandemi  menjadi sebuah momen merayakan solidaritas.

Sebagaimana diberitakan dalam surat kabar El Mundo edisi Minggu, 22 Maret 2020, semua elemen memberikan warna bersama dalam menagkal corona. Mereka menggiatkan sebuah model ekonomi kreatif dan pastisipatif yakni ekonomi soloidaritas. Yang terlibat di dalamnya adalah semua elemen.

Kerennya adalah bagaimana usaha mereka itu dapat mengakses kesejateraan, bukan hanya pada soal materi atau alat kesehatan, yang tentu saja ini tetap menjadi prioritas, melainkan juga dalam konteks dan dimensi yang lebih komprehensif dan total. 

"Banyak profesional seperti pembimbing, pelatih, psikolog ... menyediakan layanan mereka secara gratis, untuk membantu dan mendukung kami, terutama pada saat krisis kolektif ini. Solidaritas muncul dan ini dapat membuat ekonomi kolaboratif semakin meresap dalam semua kalangan masyarakat. Menciptakan sebuah ekosistem yang berlandaskan komitmen, solidaritas, dan kemunculan gagasan-gagasan, dapat membantu kita untuk menggerakkan sebuah bentuk ekonomi baru di masa depan: Penggunaan sumber daya yang semua miliki kita dan bersedia untuk digunakan, dalam cara yang lebih masuk akal dan bertanggung jawab" demikian pernyataan Mara Jos Lechuga, pakar dalam bidang kebiasaan konsumen kepada surat kabar El Mundo. 

Selain itu juga ada ahli komputer, para atlet dan tukang cukur.  Semuanya berkolaborasi memberikan sumbangsih berdasarkan keahlian mereka masing-masing secara gratis kepada semua yang membutuhkan jasa mereka yang sedang berada #di rumah saja pun pula kepada para pasien corona. Usaha ini kira akan berdampak positif yakni agar ritme pergerakan sosial dalam masyarakat berjalan normal (tidak macet).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline