Lihat ke Halaman Asli

Ouda Saija

TERVERIFIKASI

Seniman

[Street Photography] Loper Koran Terakhir

Diperbarui: 3 Maret 2019   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kios koran, agfa iso 200| Dokumentasi pribadi

Loper koran adalah orang yang setiap pagi mengantar koran ke rumah-rumah. Bagaimana nasib mereka lima atau sepuluh tahun lagi? Koran dan majalah online mulai menggantikan koran dan majalah cetak.

Saya memulai sebuah projek foto analog untuk mendokumentasikan pekerjaan yang hampir punah ini. Mengapa saya memakai kamera analog dan film 35mm? Jawabnya sederhana, karena ada kemiripan antara loper koran dan kamera analog, mereka tersingkir karena dunia berpindah ke sistem digital.

Loper koran, Kodakfilm iso 400| Dokumentasi pribadi

Pada awal tahun 90-an ketika saya kuliah di semester satu, saya membutuhkan uang tambahan sebagai anak kost. Saya ingin mencari pekerjaan yang tidak banyak menyita waktu dan tenaga supaya kuliah tidak terganggu.

Karena masih semester 1 tentu belum ada tambahan keterampilan dari bangku kuliah yang bisa dijadikan modal untuk mencari uang. Maka ketika saya melihat lowongan menjadi loper koran saya sangat tertarik. Pekerjaan hanya dilakukan pagi-pagi sehingga tidak mengganggu kuliah dan modalnya hanya sepeda.

Pekerjaan yang mulai langka| Dokumentasi pribadi

Saya menulis surat lamaran dan memfotokopi syarat-syarat yang dibutuhkan lalu mendatangi kantor agen koran dan majalah tersebut. Saya cukup heran ketika sampai di sana karena ternyata yang melamar ada hampir 50 orang. Saya menyerahkan berkas lamaran dan diberi nomor lalu disuruh menunggu giliran wawancara.

Dalam antrean yang duduk di sebelah saya rupanya sama dengan saya, anak kost yang butuh tambahan uang. Dia kuliah semester satu di jurusan Teknik Kimia di sebuah PTN di Jogja.

Sedikit saja yang masih membaca koran cetak| Dokumentasi pribadi

Melompat ke tahun 2019, koran cetak mulai kalah dengan koran-koran digital. Saya masih berlangganan koran cetak lokal meskipun sangat jarang saya sempat membacanya. Biasanya saya membaca koran-koran itu di akhir pekan.

Saya tidak tega menghentikan langganan koran karena kasihan dengan pak loper yang setia mengantar koran ke rumah selama bertahun-tahun. Kadang dia datang ke rumah dengan anak dan istrinya kalau sedang meminta tagihan bulanan.

Kios koran mulai sepi | Dokumentasi pribadi

Kios-kios koranpun sudah banyak yang tutup. Barangkali beberapa tahun ke depan semua kios akan tutup. Maka sebelum semua kios tutup dan pekerjaan loper koran punah, saya membuat sebuah proyek foto analog mendokumentasikan loper koran dan kios koran. Saya sengaja menggunakan kamera film analog yang nasibnya agak mirip dengan koran cetak.

Popularitas kamera film analog tergeser oleh hadirnya kamera digital. Nasib kamera film analog menurut saya masih lebih baik dari nasib koran cetak. Banyak anak muda yang sekarang justru kembali ke dunia analog. Mungkin mereka sudah bosan dengan dunia digital yang serba cepat dan instan.

Beberapa perusahaan film sudah bangkrut tetapi masih ada sedikit yang bertahan. Sedangkan koran cetak banyak yang sudah tidak terbit lagi, menurut para penjual yang saya ajak ngobrol ketika saya memotret mereka. Pembeli koran juga tinggal orang-orang tua yang merasa lebih nyaman dengan dunia kertas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline