Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Kekerasan di Sulteng (Bukan) sebagai Pengalihan Isu

Diperbarui: 28 November 2020   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto yang Beredar di Grup WA | Korban di Sigi, Sulteng

Saptu, 28 November 2020, di Jakarta, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia, Gomar Gultom meminta kasus pembunuhan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, diusut tuntas oleh Aparat Kepolisian RI.

Selanjutnya Gomar Gultom menyatakan bahwa, "Saya sangat prihatin dengan peristiwa kekerasan yang terjadi di Dusun Lewonu, Desa Lembantongoa, Sulteng, dimana rumah ibadah Bala Keselamatan dan 6 rumah dibakar, 4 warga dibunuh secara sadis. Saya mengungkapkan belarasa kepada keluarga yang ditinggal dan umat Bala Keselamatan." (Selanjutnya, lihat Kolom Komentar)

Cipanas, Jawa Barat | Kutipan di atas, merupakan bagian dari pernyataan Ketum PGI terhadap peritiwa tragis di Sulteng; peristiwa yang menjadikan empat warga tewas dan sejumlah lainnya melarikan diri. Sayangnya, berita tentang hal tersebut hanya dipublikasikan pada beberapa media, nyaris tak ada pemberitaan, apalagi reaksi dari peminpin bangsa.

Peristiwa Tragis di Sulawesi Tengah, (saya tegaskan, Sulawesi Tengah adalah salah satu provinsi di NKRI; bukan di pedalaman Afrika atau Belantara Amerika Selatan; bukan juga di pelosok Eropa), seakan terjadi di belahan dunia lain, sehingga para tokoh bangsa, parpol, politisi, atau apalah, hanya diam membisu.

Berbanding terbalik ketika ada yang menjadi korban di Perancis; elite bangsa, ramai-ramai berbunyi keras, seakan peristiwa tersebut terjadi pada salah satu Rukun Tetangga di Menteng, Jakarta Pusat.

Agaknya, hal tersebut, mungkin saja, karena elite bangsa menilainya sebagai suatu peristiwa kecil dan tak bermakna, walaupun ada korban jiwa dan menimbulkan ketakutan warga lainya.

 Yah, gitulah.

Ketum PGI, Gomar Gultom, Foto Detik

Selanjutnya?

Sebetulnya, apa yang terjadi dengan bangsa ini? Entahlah; saya tak berani berandai-andai. 

Tapi, jika memperhatikan rama-ramai dengan baliho, gerakan dari kelompok 'melawan negara,' debat pro-kontra dukungan ke/pada Mr X, penangkapan menteri, dan sejumlah 'pergerakan politik bawah tanah dan lorong-lorong gelap' menuju Pasca-Jokowi 2024, maka mungkin saja, (ini mungkin saja ya), peristiwa Sigi Sulteng tersebut merupakan pengalihan issue.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline