Lihat ke Halaman Asli

Haryadi Yansyah

TERVERIFIKASI

Penulis

Saat Institusi Mengubah Standar Tinggi Badan Calon Anggota Baru, Apa karena Stunting?

Diperbarui: 30 September 2022   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ajakan sadar stunting sejak dini. Sumber: Kompas.id/Hendra A Setyawan

Beberapa waktu lalu muncul kehebohan di dunia maya terkait salah satu institusi yang mengubah persyaratan tinggi badan calon anggota mereka dengan batasan tinggi yang lebih rendah. Institusi ini meyakini bahwa dengan adanya aturan terbaru ini, akan lebih banyak mengakomodir mereka yang tingginya kurang untuk bergabung.

Namun, kericuhan terjadi di berbagai kanal sosial media. Ada yang menyambut positif, namun juga ada selentingan kabar jika persyaratan itu sengaja diubah untuk meloloskan salah satu anak petinggi institusi tersebut.

Komentar warganet di akun instagram @kumparancom

Warganet lain yang mengaitkan hal ini dengan stunting. Sumber gambar instagram @kumparancom

Yang menarik lagi, saya menemukan beberapa komentar warganet yang mengaitkan hal ini dengan stunting. "Maklum banyak anak stunting," tulis pemilik akun instagram @mey.zahra_ di salah satu akun berita. Komentar dari pemilik akun @adamdzu pun sama, "prajurit kok stunting," sahutnya.

Lantas, apakah benar perubahan aturan itu ada kaitannya dengan "fenomena" stunting ini?

Stunting di Indonesia

Mungkin belum banyak orang yang familiar dengan istilah stunting ini. Itu adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi di 1000 hari pertama dalam kehidupannya sehingga pertumbuhan anak tidak berjalan sesuai rata-rata pada usianya. Uniknya, cara penghitungannya ternyata sudah dimulai dari masa kandungan hingga kemudian anak berusia 2 tahun.

Dicek sejak awal agar tidak terkena stunting. Sumber gambar www.worldbank.org

Cara paling mudah dan sederhana untuk mengetahui anak yang terkena stunting tentu saja dilihat dari fisiknya. Umumnya anak ini bertubuh pendek dan kecil. Masalah yang muncul pada kehamilan, persalinan, pemberian asi dan MPASI yang tidak cukup nutrisi dapat menyebabkan anak menjadi kerdil. Tak hanya itu, pola asuh dan lingkungan yang buruk juga rupanya dapat menyebabkan risiko lebih besar terkena stunting.

Lantas apa yang terjadi dengan anak yang terkena stunting? Apakah sebatas fisiknya yang lebih kecil saja? Ternyata tidak. Imbasnya ternyata lebih luas yakni berpengaruh ke tingkat kecerdasan, gangguan berkomunikasi dan bersosialisasi hingga kesulitan dalam belajar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline