Lihat ke Halaman Asli

Olive Bendon

TERVERIFIKASI

Travel Blogger

Mempertahankan Rentak Seni Tradisi Budaya Selangor di Derasnya Serbuan Budaya Asing

Diperbarui: 8 April 2018   10:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

YBhg Datuk Rashidi Hasbullah, Sekertaris Jenderal Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia saat berbicara di depan peserta program Rentak Selangor Antara Bangsa 2018 di Malaysia Tourism Center (MaTic) Kuala Lumpur (dok. koleksi pribadi)

Lantunan suara sekelompok lelaki melagukan syair -- syair Islami nyaris melenakan pada siang yang terik di beranda depan Homestay Haji Dorani. Punggung - punggung tangan yang sudah kisut tampak bersemangat memukul kompang, alat musik pengiring syair yang didudukkan di pangkuan. Tak ada nada dasar sebagai nada penentu untuk mengambil nada awal syair. Mereka melagukannya mengikuti kata dari hati. Biramanya mengikuti kecepatan hentakan tapak tangan pada kompang dan taluan pukulan pada gendang.

"Dahulu, syair dilagukan dengan suara lirih, nyaris tak terdengar. Resapannya lebih terasa karena pendengarnya pun senyap. Kini, suara harus sedikit lebih keras, ada larangan bersenandung dengan suara lirih. Takut serupa memanggil hal yang lain."

Muhammad Asmuri (55th) menjelaskan perihal kehadiran dan permainan kesenian kompang dalam masyarakat keturunan etnis Jawa yang mendiami tanah Melayu di pantai barat Malaysia siang itu. Kompang (serupa rebana) diwariskan dari pendahulu mereka, dari buyut yang berasal dari Jawa Tengah dan menginjak tanah Melayu pada abad 19. 

Asmuri salah satu anggota Kelompok Kompang Jawa Terontong dan Hadaro pimpinan H. Badrun bin H. Omar (65th). Kelompok kesenian beranggotakan masyarakat keturunan Jawa di Sebak Bernam, Selangor yang dibentuk pada 1930. 

Anggotanya semua lelaki yang sudah sepuh. Sebagian besar dari anggotanya telah bermain kompang sejak 1945 seperti Wak Kibut (95th), H. Parman (95th), dan Slamet (88th). 

Dari kampungnya di Parit Baru, mereka menempuh jarak 60 km ke Kampung Haji Dorani untuk menunjukkan seni tradisi yang masih mereka jaga baik - baik. Usia senja bukanlah penghalang bagi mereka untuk tetap menyimpan semangat mengenalkan seni dan budaya yang diwariskan leluhurnya.

Permainan kompang tak dibatasi usia. Yang menjadi kekhawatiran Asmuri dan kawan -- kawan saat ini; generasi muda sekarang konsenterasinya lebih tertuju pada budaya asing dan tak lepas bermain dengan gawai. Hanya satu dua yang masih memiliki minat belajar seni tradisional. 

Kekhawatiran serupa dialami kelompok kesenian Gamelan dan Wayang Kulit dari Pasir Panjang, Sekinchan. Meski atraksi budaya yang ditampilkan malam itu menarik perhatian, namun cerita pewayangan yang dituturkan Wak Dalang dalam bahasa Jawa, hanya bisa ditebak -- tebak penonton dari gerakan tokoh yang muncul di layar karena tak ada yang menjelaskan kisah apa yang sedang disajikan.

Tiga anggota kelompok kesenian Kompang Jawa dan Hadaro yang sudah sepuh namun tetap bersemangat (dok. koleksi pribadi)

Chinna Rasa Urumee Melum Masana Kali yang dimotori Vicky Jii dan kawan - kawan sedikit lebih beruntung. Walau menekuni seni musik tradisional urumee, kegiatan mereka lebih mudah memikat hati anak muda. Bisa jadi karena mereka pun masih muda. Dan akulturasi seni musik India yang bisa mereka kolaborasikan dengan aransemen musik pop dalam permainan perkusi tradisional Tamil Nadu yang mereka mainkan dengan harmonisasi yang menghentak di pelataran Batu Cave; mengajak anggota tubuh ikut bergoyang, tentulah lebih menarik perhatian. Tak hanya orang muda juga generasi yang jauh di atasnya.

Hal yang sama pun bisa dilihat dari sekelompok penari tradisional Bugis, perempuan belia yang tergabung dalam kelompok kesenian Citra Ugik saat membawakan Tari Pooja. 

Tari Pojaa adalah tari pujian untuk memuja para dewa sebelum akhirnya menjadi tarian persembahan puja - puji yang dipersembahkan di hadapan sultan di kesultanan Bugis. Jika kemudian tarian ini dan beberapa tarian tradisional Bugis berkembang di Malaysia, itu tak lepas dari lahirnya Persatuan Melayu Bugis Selangor untuk melestarikan sejarah dan budaya akar mereka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline