Lihat ke Halaman Asli

Olive Bendon

TERVERIFIKASI

Travel Blogger

56 Cara Menjadi Warga Dunia

Diperbarui: 12 September 2015   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang jamannya berinteraksi dengan teknologi aplikasi. Mau berkegiatan, dimudahkan dengan adanya aplikasi yang mendukung. Kepikiran ingin makanan kesukaan di rumah makan tertentu tanpa meninggalkan rumah, tinggal pesan lewat aplikasi melalui telepon pintar. Hendak bepergian; cari tiket pesan hotel buka aplikasi. Berencana menghadiri pertemuan di satu tempat namun enggan membawa kendaraan karena macet, pesan kendaraan jemputan pakai aplikasi.

Kebiasaan – kebiasaan yang tadinya dilakukan secara manual, beralih kekinian mengikuti perkembangan teknologi. Permasalahannya, banyak orang yang sudah kadung nyaman di lingkungannya, tak serta merta bisa menerima perubahan yang terjadi. Meski pun perubahan itu adalah untuk kebaikan diri, jika dirasa tak mendesak maka yang bersangkutan akan berusaha untuk bertahan dalam hangatnya tempurung peraduannya.

Dua minggu lalu, saya menerima kiriman draft buku dari Eileen Rachman, psikolog dan motivator yang tulisan-tulisannya sudah bertebaran dalam bentuk buku mau pun jurnal di berbagai media. Satu kehormatan diberi kesempatan menyelami karya dari seorang yang tulisannya banyak memotivasi dan menginspirasi, sebelum buku tersebut diluncurkan untuk publik.

Penasaran dengan isinya sejak melihat sampul hitam dengan judul berwarna merah yang diperkenalkan melalui media sosial. Begitu terima softcopy draft lewat email, jatuh hati dengan tata letak kreasi Reda Gaudiamo yang menyenangkan … Berubah itu sulit apabila kita belum merasakan urgensinya … pengembangan diri itu bermuara pada diri sendiri. Karenanya mari berbenah diri! sebuah pengantar yang mengajak untuk semakin tenggelam dalam bukunya.

[caption caption="Jadilah Warga Dunia (dok. @eileenrachman)"][/caption]

Minggu siang (04/09/2015) di Kedai Kopi 89, Kemang, kami duduk di meja kayu yang dibuat memanjang, berbincang ke sana ke mari tentang apa saja yang mendadak muncul di kepala. Selain Ibu Eileen dan tim Experd, siang itu ada Hanna Latuputty, pustakawan dan pakar literasi informasi; serta teman-teman blogger kk Indri, mak Aulia dan tante Tity. Datang dari berbagai latar belakang dan minat, melahirkan obrolan gado-gado yang menarik.

Mbak Hanna berkisah tentang perpustakaan yang didirikan bersama kawan-kawannya, tentang membangun minat baca dari usia dini dan bagaimana dirinya menikmati 20 tahun sebagai pustakawan sekolah di The British International School (BIS) hingga sampai pada keputusan untuk bekerja sendiri.

Saya bekerja di sebuah industri yang sedang galau. Goyang karena situasi ekonomi yang tak menentu dan permintaan pasar yang lesu. Goyah karena penentu kebijakan harus berhati-hati dalam mengambil keputusan agar tak sekadar bereksperimen yang malah meresahkan lapisan di bawahnya. Rombak sana rombak sini, berdampak pada pengeluaran berlebih yang tak perlu disaat kita mesti mengetatkan ikan pinggang.

Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dari yang kecil hingga yang besar, berpengaruh pada pola pikir pengambilan keputusan setiap pribadi. Bagaimana menyikapi setiap perubahan agar tetap bisa bertahan mengikuti perubahan arus dan perkembangan di sekeliling kita?

Ada 56 langkah yang dapat menjadi acuan untuk menjadi bagian yang diperhitungkan dunia, yang dibeberkan oleh Ibu Eileen dalam bukunya.

  • Bersiap Menjadi Warga Masa Depan

Untuk bisa menjadi bagian dari warga masa depan, tentu kita harus menyiapkan diri. Masa yang akan datang pastinya berbeda dengan masa yang kita jalani sekarang. Contoh sederhana, apa yang kita jalani hari ini, tak sama dengan yang terjadi pada masa sepuluh tahun yang lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline