Lihat ke Halaman Asli

Fauji Yamin

TERVERIFIKASI

Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Menanti Dinamika Solving Problem Sosial Ekonomi di Pilkada

Diperbarui: 9 September 2020   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pilkada (Sumber: thenorwichradical.com)

Janji politik sudah menjadi senjata pamungkas merayu masa pada setiap konstestasi politik baik Pilpres, Pilkada hingga Calon legislatif.

Bagi saya, janji politik adalah strategi yang sah-sah saja dipakai para kandidat atau tim sukses. Sebab, politik tanpa bumbu terasa hambar.

Segala bentuk cara, mekanisme dan strategi akan dipakai untuk memenangkan pertarungan. Terlalu baik dan lurus adalah anomali dalam dunia politik.

Satu yang saya sadari, politik kita berubah sedikit lebih baik dan terbuka yang bermula dari diarahkannya negara pada sistem demokrasi. Bebas, terbuka merupakan slogan yang menempatkan sistem demokrasi Indonesia konon katanya menjadi kiblat bagi negara-negara lain.

Saya sepakat dengan itu. Dulu, sebelum reformasi dan dimulainya demokrasi, saya masih mengingat betul bagimana konteks pemilihan yang syarat intimidasi. Partai penguasa saat itu benar-benar superior dan partai lain hanya akumulasi dari teater politik yang ditampilkan.

Sejak era reformasi semua berubah, partai-partai besar tumbuh dan bersaing secara terbuka. Satu hal yang pasti sistem pemilihan juga ikut berubah dan terus berbenah. 

Sejak tahun 2001 hingga 2019 dapat dilihat perbedaan mencolok. Terbaru adalah sistem pemilihan serentak  yang sudah dua kali diterapkan. Walupun, masih belum semua daerah ikut serta, namun pada periode mendatang, tahun 2021 atau 2024, semua daerah dari Aceh sampai Papua akan serentak melakukan pemilihan. 

Perbaikan sistem ini dirasa pantas dilakukan terutama soal efisiensi anggaran jika dilakukan berbeda-beda. Formulasi terus dicari, semakin efisien semakin baik. 

Dari perjalanan politik yang terjadi hampir 20 tahun belakangan, kita sudah dipertontonkan segala kejadian dari acara "demokrasi politik". 

Banyak pemimpin yang kemudian tercetak dan dicetak pada proses ini. Mereka adalah orang-orang hebat yang berasal dari latar belakang berbeda dan tak diragukan lagi kapabilitasnya dalam dunia perpolitikan tanah air, terlepas dari baik buruknya seorang kandidat. Sebab, untuk sampai ke tahap ini, semua kandidat sudah berupaya maksimal dalam hidupnya.

Namun sejauh ini pula, kapasitas individu yang melibatkan diri demokrasi politik masih sangat jauh dari perbaikan sistem demokrasi. Artinya, semakin ke sini, kualitas pemimpin ideal semakin buram karena terkoptasi dengan tujuan-tujuan partai. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline