Lihat ke Halaman Asli

Hati-hati dengan Nalar Generalisasi

Diperbarui: 12 Mei 2016   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Bentuk yang Dapat Digeneralisasi (sumber:endotwikipediadotcom)

Kecakapan logis dan verbal menjadi penentu sebuah pernyataan, baik dalam bentuk tulisan ataupun perkataan menjadi sebuah polemik. Sering kita temui seseorang membuat penyataan dengan menyimpulkan sesuatu fakta atau kenyataan yang kurang tepat alias tidak akurat. Oleh karenanya pemahaman nalar dalam mengambil kesimpulan untuk menggambarkan sesuatu perlu diperhatikan.

Contoh penyataan-pernyataan yang tidak tepat sering kita temui dimanapun, termasuk di kompasiana, hal lumrah yang sering kita temui adalah mengambil sebagian kecil fakta untuk menggambarkan fakta secara keseluruhan. Akibat nila setitik rusaklah susu sebelanga, begitu kira-kira akibat dari sebuah pernyataan yang tidak didasari oleh cara mengambil kesimpulan yang baik. 

Sebuah pernyataan misalkan mendapatkan tanggapan demikian, "dasar otak indonesia..." "dasar indon...." "ya ginilah orang indonesia..." tanggapan dalam arti yang negatif misalkan, sebuah pernyataan tanggapan yang menggeneralisir atau cuma mendramatisir? Seakan semua orang indonesia berotak sama, berkelakuan sama, padahal yang menanggapi juga orang indonesia. Nah, tanggapan itu terkesan lucu karena yang memberi tanggapan sendiri adalah orang indonesia. Apakah yang memberi tanggapan tidak termasuk? Ingat pernyataan tertulis ataupun terucap dapat menggambarkan kedalaman intelektual sebuah pribadi.

Kasus ABG menginjak patung pahlawan, Kasus YY misalkan, seorang kompasianer bisa saja kemudian mengulas dan berpendapat sebagai gagalnya sistem pendidikan indonesia, gagalnya revolusi mental jokowi, gagalnya pemerintah, bahwa ada penurunan moral anak bangsa dari tahun ke tahun. Woaaah, jangan lebay ah. Jangan hanya satu kasus negatif kemudian menilai sesuatu gagal.

Nalar Generalisasi

Nalar generalisasi menurut matematika yang benar adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili. Atau jawaban lainnya adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. 

Dalam statistika mengambil kesimpulan harus dari fakta yang diambil dari keseluruhan dengan proporsional. Meneliti sebuah fakta pada seluruh populasi (objek penelitian atau fakta yang akan dijadikan ulasan) tentu tidak memungkinkan, jika populasi terlampau besar, butuh upaya yang terlalu besar baik tenaga maupun finansial sehingga tidak lagi efektif dan efisien. Oleh karenanya dilakukan dengan meneliti sebagian populasi yang dapat mewakili gambaran populasi secara keseluruhan, namun tetap harus bersandar pada methode yang memadai alias tidak serampangan. Nah, menyampaikan pernyataan dengan nalar generalisasi memang jadi jalan yang paling gampang dan cepat, apalagi klo sudah jadi hatters, seenaknya saja terucap atau tertulis. Hati-hati.

Kasus Nalar Generalisasi Berujung Hukum

Hati-hati dengan nalar, apalagi nalar generalisasi mentah, bisa melukai orang lain termasuk merugikan diri sendiri. Masih ingat kasus Florence bagaimana mahasiswa S-2 UGM ini memberikan pernyataan yang menyinggung masyarakat Jogja? Maksud hati Florence mungkin mengeluarkan uneg-uneg, akibat satu peristiwa yang kemudian membuat dirinya kesal, mungkin hanya satu orang jogja saja saat itu yang membuat dirinya kesal, tapi kemudian apa yang diserap Florence adalah jogja secara keseluruhan. Nahas, Florence ahirnya dimejahijaukan.

Sekarang? Saut Situmorang, bukan Saut situmorang yang sastrawan itu, yang juga kejadiannya di Jogja, yang mengeluarkan pernyataan yang kurang pantas yang tertuju pada Denny JA yang kemudian digaruk polisi. Tapi Wakil ketua KPK yang memberikan pernyataan yang terkesan menggeneralisir fakta pada HMI secara institusi. Akibat beberapa kader HMI yang terlibat kasus korupsi, pun kini dimejahijaukan.

Mengeliminasi Nalar Generalisasi Berujung Hukum. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline