Lihat ke Halaman Asli

Odi Shalahuddin

TERVERIFIKASI

Pegiat hak-hak anak dan pengarsip seni-budaya

Salam dan Sapa Kompasianer

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasiana memang luar biasa. Sebagai blog keroyokan yang mencanangkan diri sebagai jurnalisme warga dengan motto sharing and connecting, Kompasiana dapat dikatakan berhasil. Setiap hari senantiasa hadir liputan-liputan dari Kompasianer tentang berbagai peristiwa. Pada beberapa kasus, pemberitaan yang ditulis oleh Kompasianer menjadi rujukan dan menjadi isu yang termuat dalam berbagai media mainstream. Sharing and connetingdiantara kompasianer juga mampu terjalin dengan indahnya. Interaksi antar kompasianer membangun komunita-komunitas yang memiliki kesamaan hobi atau kesenangan, kesamaan pemikiran, kesamaan wilayah tempat tinggal, dan sebagainya.

Kompasiana memang luar biasa. Ia bagaikan magnet yang mampu menarik hati ratusan ribu orang untuk tidak sekedar hadir, namun juga bergumul. Ruang pertemuan tidak terbatas pada ruang maya, melainkan berlanjut pada kehidupan nyata. Kopi darat dalam suatu komunitas misalnya, kompasianer tak segan untuk merogoh koceknya sendiri untuk membiayai perjalanan, penginapan dan biaya hidupnya. Uang yang sengaja ditabung dan memang diperuntukkan untuk hadir dalam acara komunitas, yang jaraknya lintas pulau di Indonesia raya ini. Para kompasianer yang tinggal di luar negeri, saat kembali, pastilah menyempatkan diri untuk kopi darat di kota-kota yang disinggahinya atau jadwalnya dibuat bersamaan dengan pertemuan komunitas. Interaksi di Kompasiana pulalah, banyak para sahabat mendapatkan jodohnya. He.h.e.h.e

Komunitas yang ada tampaknya juga tidak ketat menjaring anggota. Siapapun dapat bergabung. Tak mengherankan bila satu orang dapat mengikuti beberapa komunitas dalam waktu yang bersamaan. Komunitas yang menonjol di Kompasiana saat ini, misalnya pada penggemar fiksi sebutlah Kampung Fiksi, Desa Rangkat,  Fiksiana Community, Komunitas Sastra, Cengengesan Family, dan khusus untuk penggemar humor ada Planet Kenthir, yang pada periode sebelumnya juga dikenal komunitas Negeri Ngotjolia. Ada pula komunitas yang didasarkan pada kedaerahan, seperti  Komunitas Canthing yang berisi para kompasianer Yogyakarta dan Komposono (komunitas Kompasianer Solo Raya). Penggemar fotografi berhimpun di  Kampret yang merupakan kependekan dari Kompasianer suka jepret. Tentu masih banyak lagi komunitas Kompasiana lainnya yang luput dari perhatian saya.

Kompasiana memang ruang merdeka, terbuka bagi siapa saja untuk menyampaikan apa saja. Tentu saja ada aturan main yang menurut saya tidaklah ketat, sebagai batas-batas kemerdekaan agar tidak mengganggu kemerdekaan orang lain. Walau kenyataannya, dijumpai pula adanya postingan ataupun komentar yang dinilai melanggar aturan main tersebut. Jika dinilai melampau batas dan mengabaikan teguran dari pengelola Kompasiana, maka akun seseorang dapat dibekukan. Namun jangan khawatir, karena Kompasiana tetap membuka ruang bagi siapapun untuk membuat akun baru.

Para kompasianer tentu pernah mengalami saat-saat sedemikian bergairahnya untuk memposting tulisan, membaca postingan kompasianer lainnya, dan berinteraksi dalam ruang-ruang komentar. Kompasianer dapat memberikan apresiasi pada setiap tulisan yang ada, dengan memberikan penilaian. Saat ini, pilihan penilaian yang dapat diberikan adalah teraktual, inspiratif, bermanfaat dan menarik. Tentu, apapun pilihan yang diberikan tidak berakibat membuat sakit penulisnya dibandingkan penilaian yang ada sebelumnya dengan tersedianya pilihan jelek atau basi.

Saya tidak tahu, sejauh mana gairah para kompasianer pada saat ini, mengingat satu-dua tahun belakang tidak terlalu aktif untuk bergulat di dalamnya, kendati masih menjenguk dan membaca beberapa postingan para kompasianer.

Perdebatan dalam sebuah tulisan, tentu ini menjadi hal yang biasa di Kompasiana. Perdebatan sehat saling memberikan argumentasi dalam ruang-ruang komentar, atau jika dianggap tidak memadai tanggapan dibuat postingan tersendiri dan ada pula perdebatan tidak sehat sehingga berhamburanlah cercaan atau makian, yang kadang menggunakan nama-nama hewan. Pernah ada rubrik yang dinilai selalu berpotensi membuat “keributan” antar kompasianer sehingga rubrik tersebut dihapus, yakni rubrik agama.  Ruang perdebatan tetap saja berlangsung dalam berbagai rubrik. Persoalan per-sepakbolaan di Indonesia atau yang terakhir perdebatan mengenai sosok calon presiden, dengan postingan yang saya kira mencapai lebih dari seribu postingan.  “Keributan” antar kompasianer juga dapat terjadi yang diawali dari prasangka terhadap sosok-sosok kompasianer tertentu, sehingga berkembang isu terhadap sosok-sosok tersebut, yang pada dasarnya tidak berhubungan dengan postingannya lagi.

Ada masa yang pernah saya alami, saat kehidupan malam kompasiana sedemikian pikuknya. Biasanya ini dimulai pada pukul 00.00, saat kompasianer berlomba untuk memulai postingan awal di hari itu. Ini dikarenakan, penghitungan jumlah pembaca dimulai pada waktu tersebut untuk meraih posisi sebagai yang terpopuler, dan artinya judul tulisan akan berada di halaman muka, yang tentunya berpotensi meraup banyak pembaca. Orang-orang jenis inilah yang menjuluki dirinya sebagai “Kalonger”.

Upaya meraup jumlah pembaca sebanyak-banyaknya, tentu adalah sah adanya. Walau terkadang kita tidaklah suka dengan cara yang ditempuhnya. Misalkan saja membuat judul-judul bombastis yang isinya malah tidak berhubungan sama sekali dengan judulnya. Pembaca merasa tertipu. Saya kira, hampir semua kompasianer pernah mencoba taktik semacam ini.

Pengelola kompasiana, kerap menjadi sasaran tembak. Ini suatu hal yang sangat menarik dan menunjukkan Kompasiana benar-benar mencoba menjadikan diri sebagai ruang demokratis. Ketidakpuasan terhadap kinerja admin, seperti dugaan admin bersifat sangat obyektif untuk menentukan sebuah tulisan masuk ke dalam ruang-ruang “terhormat” seperti Headline, Highlight, terekomendasi/Trending Artikel. Jujur saya akui, bahwa saya termasuk salah satu yang kerap secara terbuka mengkritik kinerja admin, utamanya terkait dengan highlight.

Beragam rasa suka-duka, hal yang tertulis di atas hanyalah penggalan situasi yang belum mencerminkan realita nyata di rumah “Kompasiana”. Namun saya merasa bersyukur bahwa saya pernah terlibat aktif di dalamnya, bergumul intens memposting tulisan dan berinteraksi dengan banyak kompasianer lainnya. Sebagian kecil diantaranya ada kesempatan untuk berinteraksi dalam dunia nyata, baik saat berlangsungnya kopdar suatu komunitas, saat ada yang berkunjung ke Yogya ataupun saat saya berkesempatan berkunjung ke berbagai kota. Mereka semua, menurut saya adalah orang-orang hebat, yang ramah, dan sangat suka berbagi.

Pengelola Kompasiana, juga telah membuka ruang bagi para kompasianer untuk lebih berkembang. Frezz yang hadir di media cetak kompas setiap minggunya, menghadirkan postingan Kompasianer yang sesuai tema dan dinilai layak. Saat ini juga ada acara khusus yang dapat diisi oleh Kompasianer di Kompas TV, yakni: Kompasiana TV. Di luar itu, berbagai lomba penulisan digelar dan diselenggarakannya acara Kompasiana di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Pergulatan di Kompasiana, sebagaimana telah diproyeksikan oleh banyak kompasianer, telah melahirkan buku-buku yang berisi himpunan postingan di Kompasiana. Ratusan buku telah lahir dari tangan ratusan kompasianer. Sebagian kompasianer juga telah menunjukkan kualitasnya dalam dunia kepenulisan yang dikukuhkan dengan termuatnya tulisan-tulisan mereka di media mainstream.   Selain itu, bermunculan pula tokoh-tokoh muda Indonesia yang kehadirannya berawal dari pergulatan di Kompasiana.

Jika nama-nama tidak saya sebutkan, bukan berarti saya tengah berfantasi. Sama sekali tidak, karena saya yakin para sahabat semua telah mengetahui sosok-sosok tersebut, dan menunjukkan bukti-buktinya. Saya hanya khawatir, pengetahuan yang terbatas membuat saya tidak mampu membuat daftar nama yang lengkap.

Kompasiana adalah ruang. Ia sangat terbuka bagi orang untuk hadir, untuk bergulat, dan juga untuk pergi lagi. Selamat dan tetaplah semangat kepada segenap kompasianer.

Yogyakarta, 3 Mei 2015

Tentang dinamika fiksi, boleh juga jenguk di:

Dari Sampah, Kenyataan Fiksi Hingga Instan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline