Lihat ke Halaman Asli

Nur Dini

Find me on instagram or shopee @nvrdini

Jastip sebagai Jenis Profesi Baru

Diperbarui: 16 Oktober 2019   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hallo,
Perkembanan industry kreatif saat ini tidak lepas dari kehadiran media social.  Banyak sekali brand local baru dan memanfaatkan medsos untuk memperoleh pelanggan.  Yang saat ini sedang trend adalah munculnya brand baru untuk  fashion wanita.  

Untuk menjaga kesan eksklusif, mereka hanya mau menerima order via web atau berebut barang via whatsapp.  Mereka sengaja tidak dapat diorder melalui market place karena beberapa alasan.  Banyak yang tidak jadi bayar, pencairan uang lebih lama, sulit mengatur limit pembelian, menjadi alasan brand tersebut lebih suka mengelola penjualan mereka sendiri daripada dibantu system market place.  

Beberapa brand baju memiliki jam order tetap setiap hari Selasa jam 10 pagi, tapi yang melalui web sering tiba-tiba upload dan hanya mengumumkan "order sekarang".  Jam tanggung menyebabkan banyak orang yang berminat membeli tidak bisa order langsung.  Hanya orang tertentu yang bisa memang fokus mengurus order semacam itu.  Hal ini kemudian dilihat sebagi peluang memperoleh tambahan penghasilan sebagai jasa titip atau lebih dikenal dengan sebutan jastip.  

Saya menyebut "memperoleh tambahan penghasilan" bukan "mengais rezeki" karena pada dasarnya ada sumber lain yang bisa diandalkan dari sekadar jadi jastip.  Orang sering menyebut memanfaatkan suatu celah untuk menghasilkan uang dengan mengais rezeki karena hampir tanpa modal (kecuali tenaga) dan pendapatannya kecil.  Kalau jastip, harus ada modal uang yang cukup banyak tapi pendapatannya tetap kecil.

Modal banyak ini digunakan sebagai dana talangan sebelum penitip membayar barang yang pesanannya.  Bagi yang belum pernah menggunakan jastip, saya akan cerita sedikit tentang dunia jastip.

Misalkan baju diorder jam 10 pagi dan sudah mendapat total biaya yang harus dibayar, para jastiper (penyedia layanan jastip) harus membayar segera sebelum order itu dibatalkan produsen baju.  Ada yang maksimal 2 jam, atau maksimal besok paginya, masing-masing brand berbeda.  Jastiper tidak bisa memaksa calon pembeli untuk membayar saat itu juga untuk menutup biaya pembelian ke produsen.  Jastiper harus mau menalangi dengan uangnya sendiri.  Yang dibayarkan bukan hanya harga barang tapi juga ongkos kirim dari produsen ke alamat jastiper.

Penitip akan membayar harga barang ditambah fee jastip.  Fee itu adalah keuntungan yang akan diterima jastiper setelah dikurangi ongkos kirim dr produsen ke jastiper.  Jumlahnya, sedikit sekali.  Itu kalau bajunya laku, kalau tidak, jastiper menanggung beban menyimpan baju yang entah sampai kapan bisa laku.

Jastiper tidak bisa memaksa penitip untuk tetap membeli baju jika barang yang diinginkan tidak dapat.  Misal saya ingin warna merah, tapi ternyata dapat hitam.  Jastiper harus menerima konsekuensi kalau saya menolak membayar baju warna hitam, karena itu bukan pesanan saya.  jastiper kembali menanggung baju belum laku itu.  

Tapi masih saja ada yang belum paham dan suka seenaknya pada jastiper.  Ingin titip, tapi tak mau membayar fee.  Mau bayar fee tapi tidak mau bayar ongkos kirim dari jastiper ke rumah penitip.  Diberi solusi agar pakai market place karena ada voucher gratis ongkir, tidak mau karena tidak punya akun dan malas daftar.  Maunya apa coba? 

Selain itu masih ada istilah hit and run.  Sibuk titip barang, begitu dapat tidak jadi beli.  Dihubungi diam saja tidak peduli.  Jangan begitu lah, jangan merugikan orang lain segitunya.

Kalau niat pesan , ya bayar.  Jangan merugikan orang dengan pesan tapi dibatalkan tanpa kabar.  Selang seminggu baru tanya lagi, "pesanan saya kemarin mana?" Kalau orang seperti ini order langsung ke produsennya, bisa kena blacklist dan tidak bisa lagi order model apapun.  Jastiper jadi pelindung bagi orang yang moodnya sering swing.  Detik ini ingin beli, sedetik kemudian jadi ga pengen lagi.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline