Lihat ke Halaman Asli

dodo si pahing

semoga rindumu masih untukku.

Ibarat Keris Manjing Warangka, Pak Jusuf Kalla Mengemban Tugas sebagai Pemomong Mulia

Diperbarui: 17 Oktober 2019   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

backgrounddownload.com

Ada istilah bahasa Jawa, Curigo Manjing Warangka  yang bisa diartikan secara bebas yaitu keris atau senjata masuk ke dalam tempatnya (sarungnya). Keris yang indah akan  menjadi senjata misteri yang tidak memperlihatkan jika   senjata tersebut bisa digunakan untuk membunuh saat berkelahi.  Tetapi karena adanya warangka maka keris itu menjadi tidak menakutkan bahkan ada ada nilai keindahan.

Coba bayangkan saja jika suatu senjata yang diapakai tanpa adanya pengaman, maka bisa saja membuat malapetaka bagi empunya.  Pengertian warangka  atau sarung senjata  mempunyai makna wadah atau tempat untuk menyimpan kembali senjata. Dan warangka tanpa  adanya  keris maka hanyalah benda yang tidak mempunyai fungsi apa-apa.

Saya menggunakan ibarat tersebut untuk membandingkan seseorang yang mempunyai kapasitas menjadi pemomong atau pengasuh bagi orang lain. Sebagaimana warangka, sang pengasuh akan selalu bisa menjembatani segala amarah yang bisa menyakiti bagi pemiliknya. 

Segala kebijaksanaan yang ada pada tuannya ibarat keris dapat  diarahkan  sebagaimana  senjata bagi ksatria hanya digunakan untuk melindungi diri, atau mencabut keangkaramurkaan. Semestinya begitu.

Sang pengasuh  atau kalau diibaratkan warangkanya bisa berperan sebagai  pembantu yang baik seperti semar dan punokawannya dengan para pandawanya dalam cerita Mahabarata, versi wayang Indonesia. Tokoh punokawan selalu setia mengikuti kemana saja tuannya pergi. Setia dalam kesegembiraan dan tidak pergi manakala tuannya dalam kesedihan. 

Mereka pun akan selalu tidak ragu-ragu untuk  mengingatkan tuannya jika ada kekeliruan dalam tindakan.  

Karena ada juga warangka atau tempat senjata yang tidak berfungsi memberi keindahan, bahkan merusak estetika dan fungsi keris itu sendiri. Kalau dalam pewayangan sang tokoh dialah Sengkuni mahapati dari kerajaan Astina dengan sang raja Suyudana. Seharusnya sang pengemban dapat memberikan nasihat kebaikan tetapi malah menjerumuskan tuannya kepada kehancuran.

Dua benda yang akan terlihat sangat serasi bahkan dari warangka  yang berbentuk sangat mewah akan lebih menyimpan kerahasiaan yang mendalam tentang keris itu sendiri. Karena bagaimanapun juga Sebagaimana menjulangnya Mahapati Gajah Mada yang menjadi orang nomor dua di kerajaan majapahit setelah sang ratu Trebhuanatungga Dewi.

Sang maha pati bisa memberikan ketenaran luar biasa bagi kerajaan. Bahkan mungkin di antara kita lebih mengenal Gajah Mada sebagai raja Ya? Hehehehe...

Pada zaman Indonesia dibangun pastilah kita  akan menampilkan dwitunggal, Moh. Hatta dan Ir. Soekarno. Satu tokoh Bung karno mempunyai kapasitas sebagai keris sedangkan Bung Hatta sebagai warangka nya.  Semangat berpolitik Soekarno yang meledak-ledak tidak diikuti sikap yang sama oleh Pak Hatta.

Pak Hatta dalam sejarahnya sangat berhati-hati dalam berpolitik tidak tampak kegaduhan-kegaduhan akibat dari keputusannya. Pak Hatta selalu mendampingi Bung Karno dalam menyelesaikan urusan pelik kenegaraan.  Begitulah padanan untuk warangka  yang indah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline