Lihat ke Halaman Asli

Nursalam AR

TERVERIFIKASI

Konsultan Partikelir

Memangnya Hanya Lelaki yang Bisa Melakukan Pelecehan?

Diperbarui: 19 September 2020   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover buku "Lelaki yang Menangis"/Sumber: goodreads.com

Dua kasus Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) virtual di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Bengkulu (UNIB) dalam sepekan terakhir dalam medio September 2020 ini melibatkan beberapa mahasiswa baru (maba) perempuan sebagai korbannya.

Jika di Unesa, para korban mengalami kekerasan verbal melalui bentakan, di UNIB, para korbannya mengalami "perlakuan tidak menyenangkan" dengan dipaksa mencoret-coret wajahnya sendiri dengan lipstik dan kopi.

Meskipun para oknum mahasiswa senior yang melakukan perundungan (bullying) dalam kedua kasus tersebut terdiri dari lelaki dan perempuan, tak urung ada sebagian kalangan yang menyoalnya sebagai pelecehan lelaki terhadap perempuan. Memang mayoritas oknum pelakunya adalah lelaki.

Terkait dengan kasus pelecehan, di awal September 2020, dalam tahapan pencalonan para kandidat kepala daerah jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung 2020, juga mencuat dua kasus yang diduga pelecehan seksual terhadap dua partisipan pilkada, masing-masing di Kota Tangerang Selatan (Banten) dan Depok (Jawa Barat).

Di Tangerang Selatan, korbannya adalah Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (34 tahun), Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, yang juga anak taipan Hasjim Djojohadikusumo dan keponakan Ketua Umum Gerindra dan Menteri Pertahanan RI Prabowo Soebianto.

Rahayu Saraswati yang akrab dipanggil Sara, dalam masa pencalonannya sebagai wakil Wali Kota Tangerang Selatan, merasa dilecehkan dengan cuitan seorang politisi Partai Demokrat Cipta Panca Laksana di Twitter yang berbunyi "paha calon wali kota Tangsel itu mulus banget" pada Sabtu, 5 September 2020.

Kendati tidak menyebut secara spesifik nama yang dimaksud, warganet (netizen) dan banyak kalangan menengarai itu mengarah pada Sara, yang merupakan satu-satunya perempuan yang menjadi kandidat wakil wali kota Tangsel lewat jalur dukungan Gerindra, PDIP PSI, Hanura, PAN, Nasdem, Perindo, Partai Garuda, dan Partai Berkarya.

Sebagaimana diberitakan oleh Detik.com, Sara, yang juga mantan pembawa acara dan aktris di film Merah Putih pada 2009, langsung merespons dengan mencuit di Twitter, "Pelecehan tdk ada hubungannya dgn afiliasi politik, beda pilihan politik bukan berarti bisa dilecehkan, atau krn saya perempuan bukan berarti bisa dilecehkan, pelecehan hanya dilakukan oleh mrk yg berjiwa kerdil & pengecut."

Sebetulnya Panca, sang pengusaha berusia 54 tahun dan juga bekas dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, sudah meminta maaf dan menghapus cuitannya tersebut. Namun tetap saja kasus yang kental aroma pelecehan seksual tersebut dipersepsi publik bermotif persaingan politik.

Sementara di Depok, yang selama 15 tahun posisi wali kota dipegang PKS, terduga korban adalah Afifah Alia (44 tahun), kandidat wakil wali kota yang diusung PDIP dan Gerindra. Pada pilkada kali ini, Afifah berpasangan dengan Pradi Supriatna sebagai cawalkot yang merupakan wakil wali kota Depok petahana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline