Sekian tahun lalu, di resepsi pernikahan adik ipar saya, tim panitia mengundang para undangan untuk menyumbang suara alias ikutan nyanyi di panggung demi meramaikan acara pesta saat itu. Tampillah sang besan, ayah mertua adik ipar saya, dengan penampilan atraktif dan suara merdunya. Kabarnya beliau semasa mudanya memang anak band musik.
Setelahnya, lama tak ada yang berani tampil kendati berkali-kali MC (Master of Ceremony) alias pembawa acara mengundang undangan untuk naik ke panggung. Sampai akhirnya majulah adik ipar saya yang lain, Kholifah, bersama teman akrabnya. Duo cewek ABG (Anak Baru Gede) itu pun tampil bernyanyi dengan pede (baca: percaya diri), meskipun buta nada dan dengan suara yang alakadarnya.
Selepas mereka tampil, berturut-turut undangan lain berani maju. Mulai dari abege cowok, kakek-kakek enerjik hingga nenek-nenek ceria. Sampai ada antrean di sisi panggung.
Seorang kerabat istri saya sampai nyeletuk melihat antrean yang akan bernyanyi, "Wah, gara-gara Oliv, jadi pada berani tampil!"
Saya tergelak. Tapi, ya, memang benar. Ini soal standar ambang batas dan kepercayaan diri.
Sepertinya demikian juga dengan pemilihan presiden (pilpres) 2024 nanti.
Alhasil, saya bisa memahami kenapa seorang Giring Ganesha, yang sekadar bermodal popularitas sebagai pemusik milenial dan kedekatan dengan rezim Jokowi, berani nekat mencalonkan diri dengan pede sebagai kandidat calon presiden (capres) untuk pilpres 2024.
Jakarta, Agustus 2020
Baca Juga: Menara Mimpi Giring