Fuad Muhammad Syafruddin atau yang dikenal dengan Udin merupakan wartawan dari sebuah surat kabar yang beroperasi di Yogyakarta, Bernas. Udin menjadi korban penganiayaan yang terjadi di depan rumah kontrakannya, yang beralamatkan di dusun Gelangan Samalo, Jalan Parangtritis Km. 13, Bantul, Yogyakarta pada 13 Agustus 1996.
Udin dipukul dan dianiaya oleh orang yang tak dikenalnya sekitar pukul 23.30. Penyebab dianiayanya wartawan kelahiran 18 Februari 1964 ini adalah karena berita yang ia tulis selalu mengkritisi kejadian yang terjadi pada saat itu.
Pada 14 Agustus 1996, Udin dilarikan ke Rumah Sakit Berhesda, Yogyakarta setelah tidak bisa ditangani di Rumah Sakit Jebugan (saat ini Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati).
Pada hari Jum'at, 16 Agustus 1996, Udin meninggal dunia usai mengalami koma selama tiga hari. Jenazahnya dimakamkan di desa Trirenggo, Bantul pada keesokan harinya, hari Sabtu, 17 Agustus 1996 setelah sebelumnya disemayamkan di Kantor Bernas, tempat Udin bekerja sebagai wartawan hingga akhir hayatnya pada 16 Agustus malam harinya. Sang wartawan idealis ini dimakamkan pada hari yang sama dengan perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-51.
Setelah kematian Udin, kasus ini menuai reaksi dari berbagai pihak salah satunya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X yang saat itu hanya menjabat sebagai pemimpin Kesultanan Yogyakarta.
Sri Sultan berkata bahwa kasus ini harus diusut tuntas. Namun pihak kepolisian saat itu, malah membuang barang bukti yang ada hingga mencari kambing hitam untuk kasus ini. Pada 16 Agustus 2022 ini, 26 tahun sudah kasus Udin berjalan tanpa penyelesaian.
Belum ditemukan siapakah dalang dari kasus pembunuhan wartawan berusia 32 tahun ini. Kasus ini bisa menjadi kasus yang tidak terselesaikan seperti kasus pembunuhan Marsinah pada tahun 1993 dan pembunuhan Munir pada tahun 2004.
Semoga kasus ini segera berakhir. Namun jika tidak berakhir, semoga saja tidak ada lagi seorang jurnalis yang memiliki nasib seperti Udin, yaitu "Dibunuh karena Berita".