Lihat ke Halaman Asli

Nurohmat

Pembelajar

Kenalilah Watak Burukmu

Diperbarui: 20 September 2020   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Oleh : Nurohmat

Kita harus paham betul bahwa tidak semua manusia bersifat baik dan juga sebaliknya, tidak melulu bersifat buruk. Begitu pula dalam diri kita, kita harus sadar diri bahwa kita pun pasti memiliki sisi watak baik dan sisi watak buruk.  Penilaian baik dan buruknya kita  bergantung dari sisi mana kita melihatnya, siapa yang melihatnya, waktu melihatnya, dan instrumen/alat yang digunakan untuk menilainya. Perlu diingat, seseorang yang berwatak baik dalam hal tertentu, belum tentu berwatak baik dalam hal yang lain.

Sejatinya, kita dapat mengintip watak baik-buruk diri dan orang lain dari sisi pandangan metafisisnya terhadap segala sesuatu dan responnya terhadap sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa  nilai-nilai hidup dan kehidupan yang dianut, penghidupan, ketuhanan, harta, jabatan, pasangan, dan sebagainya.

Lucu juga ketika seseorang menganggap diri  baik, tanpa menyadari bahwa ada sisi buruk dalam dirinya. Orang yang seperti ini biasanya orang yang tidak pernah melakukan refleksi diri (analisis diri) atau terbiasa dengan sanjungan dan pujian sehingga tumbuh gejala narcisisme, atau bisa jadi juga yang bersangkutan miskin perenungan dan keliru dalam menyimpulkan hasil perenungannya.

Aspek-aspek yang perlu menjadi bahan renungan apakah kita berwatak baik atau buruk dapat ditelusuri dari pandangan, respon, dan praktik kita terhadap beberapa hal berikut: (1) kekuasaan, (2) ekonomi, (3) cinta.

Menyoal kekuasaan, Fir'aunisme adalah contoh watak buruk yang diabadikan oleh Tuhan dalam kitab suci. Dalam hal pelayanan dan perhatian terhadap rakyat, Fir'aun mengedepankan service excellence. Namun semenjak ada informasi alam bawah sadar yang kemudian dikuatkan dengan tafsiran bahwa kekuasaan dan pengaruhnya akan tumbang. 

Fir'aun menjadi gelap mata. Ia menjelma menjadi manusia yang paling dzalim di muka bumi. Semua bayi laki-laki di seluruh penjuru wilayah kekuasaannya, ia bunuh.  Puncak kezalimannya adalah mengaku dirinya sebagai Tuhan karena selama ini ia merasa telah berbuat kebaikan yang banyak untuk semua orang. Gejala yang mengarah pada watak Fir'aunisme seperti ini patut diantisipasi. Karena gejala seperti ini membawa kerusakan semesta.

Menyoal ekonomi, penguasaan harta dan pundi-pundi kekayaan yang tidak terkendali memunculkan watak Kapitalisme. Sementara watak Marxisme yang merupakan antitesis dari Kapitalisme,  tidak jarang melahirkan sekelompok elit yang menguasai sumber-sumber ekonomi dan menumbuhkembangkan Fir'aunisme gaya baru. Jadi, dalam hal aspek ekonomi, watak Kapitalisme dan Marxisme perlu diwaspadai. Untuk mengetahui kecenderungan watak ekonomi diri yang sesungguhnya, coba bertanyalah pada hati nurani.

Menyoal cinta secara umum, watak Qabilisme menjadi salah satu contoh buruk bagi kita semua. Atas dasar kecemburuan Qabil terhadap Habil dan cintanya terhadap Iklima menjadikan Qabil menjadi penghancur dan pembunuh pertama dalam sejarah manusia.  Watak buruk Qabil dalam urusan cinta  tidak jarang dipraktikkan oleh keturunan Nabi Adam dalam dunia post modern ini. Tragedi Kalibata City yang heboh belakangan ini, menunjukkan bahwa aspek kombinasi antara cinta dan ekonomi menjadi motif terjadinya peristiwa tragis tersebut.

Untuk itu, Tuan dan Puan, kenalilah sisi burukmu selagi masih belia, jangan biarkan ia menjelma menjadi monster yang mengerikan. Ketika monster watak burukmu sudah tidak dapat dikendalikan, ia telah  mengendalikanmu, dan saat itulah seluruh semesta mengutukmu. Kenalilah selagi masih ada waktu, sebelum semuanya terlambat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline