Lihat ke Halaman Asli

Nurohmat

Pembelajar

Kesan Mengikuti Seleksi TBS Guru Penggerak

Diperbarui: 4 Agustus 2020   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kesan  Mengikuti Seleksi TBS  Guru Penggerak
Oleh : Nurohmat

Saya adalah seorang guru SMA di salah satu perkampungan di Cirebon. Lebih dari sebelas tahun  saya  ditempatkan menjadi guru tetap di SMA tersebut. Sebagai guru, saya belum memiliki prestasi apapun. Jadi, boleh dikatakan saya adalah guru biasa-biasa saja.

Dulu sekitar tahun 2013/2014 saya pernah juga mengikuti lomba guru berprestasi tingkat Kabupaten. Saya pernah meraih peringkat pertama untuk kategori tes akademik, padahal salah satu pesertanya adalah seorang guru SMA yang sudah menyandang doktor pendidikan. 

Saat itu saya  lumayan senang, setidaknya isi kepala saya tentang pendidikan yang saat itu masih alumnus S1 bisa menekuk lutut  salah seorang alumnus S3 ilmu pendidikan. Namun, untuk tiga kategori lainnya seperti portofolio, presentasi best practice,  dan wawancara saya tidak masuk nominasi. 

Alhasil, saya gagal meraih nominasi guru berprestasi di tingkat kabupaten.  Jadi, soal tes-tesan secara akademis yang bertema pendidikan atau soal tes bakat skolastik, saya sudah sangat percaya diri menghadapinya.

Sejatinya kepercayaan diri menghadapi soal-soal tes bakat skolastik itu sudah mulai tumbuh saat saya masih kuliah di UNJ Jakarta. Saat itu di tahun 2001/2002 saya mengikuti seleksi beasiswa etos republika. Karena kuota beasiswa etos terbatas, tetapi peminatnya membludak maka pihak dompet dhuafa republika menyelenggarakan seleksi tes bakat skolastik (TBS) dan seleksi kemampuan bahasa inggris. Untuk TBS saya menjadi numero uno dari ketiga kampus negeri di Jakarta(UI, UIN,UNJ). Namun, untuk bahasa inggris hasilnya sangat memalukan.

Kebetulan kemarin, hari Senin tanggal 3 Agustus 2020, Kemendikbud RI mengadakan seleksi TBS untuk program guru penggerak angkatan pertama. Ada tiga kemampuan yang diujikan yaitu subtes kemampuan verbal (30 Soal), subtes kemampuan kuantitatif (20 soal), dan sintesis kemampuan penalaran (21 soal).

Dengan menyebut nama Tuhan, saya  beserta dua kawan saya yang mengikuti tes tersebut, memulai TBS tersebut. Entah kendala jaringan atau kesiapan server yang belum siap, kami bertiga sering dihadapkan oleh tampilan "error" pada monitor komputer. Kendala teknis tersebut cukup menguras waktu saat TBS berlangsung, meskipun demikian saya mampu menjawab semua soal untuk kategori kemampuan verbal dan numerik. Namun, untuk kategori kemampuan penalaran masih ada satu soal yang belum saya selesaikan, keburu waktunya habis.

Purna sudah mengikuti TBS untuk guru penggerak. Harapan kami adalah  lulus seleksi tahap 1 sehingga dapat mengikuti seleksi tahap 2 dan lulus, yakni tes simulasi mengajar dan wawancara melalui teleconference dan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran guru penggerak. Karena bagi saya belajar adalah hiburan. Belajar bagi guru adalah modal mengajar. Jika guru bahagia saat belajar, guru pun akan bahagia dalam mengajar. Salam pejuang guru penggerak.

Cirebon, 4 Agustus 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline