Lihat ke Halaman Asli

Nur Hasanah

Menyelami dan meneladani makna kehidupan

Memerangi Kemerosotan Moral Anak dengan Gerakan Literasi

Diperbarui: 20 November 2019   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc pribadi yuke

Belum lama ini dinding media sosial diramaikan dengan beberapa foto anak-anak yang sedang membaca buku. Anak-anak tersebut berasal dari Desa Ncera, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima.

Gerakan literasi mulai massif digalakkan para pemuda yang tergabung dalam komunitas People Kanco. Gerakan ini dibangun Aswad. Perempuan yang lebih karib disapa Yuke. Sekretarisnya Subroto.

Gerakan literasi di desa ini dibangun atas kesadaran serta rasa tanggung jawab para pemuda. Yang sangat prihatin dengan generasi di desa yang berlokasi di ujung selatan Kecamatan Belo tersebut.

Seperti yang disampaikan Yuke, gerakan literasi muncul setelah dia melihat pergaulan anak-anak yang semakin liar. Selain itu, literasi anak-anak SD dan SMP masih rendah. Bahkan ada siswa yang belum dapat membaca dengan baik dan benar. Alasan lain, telaah terkait masalah pendidikan yang semakin tak terurus.

Berangkat dari keresahan tersebut, atas kerja sama dengan pemuda dan warga, mereka membangun perpustakaan kecil. Dibangun di teras rumah warga. Yang ikhlas mewakafkan tanahnya untuk perpustakaan.

Perpustakaan ini dibangun untuk membina generasi yang beradab. Caha Tana'o. Itulah nama perpustakaan tersebut. Memiliki sejuta makna dan ribuan harapan. Wadah ini dibangun secara swadaya. Atas sumbangan dari para pemuda dan warga.

"Tidak ada bantuan pemerintah desa sedikit pun. Kami sudah melakukan sosialisasi kepada Pemdes mengenai pembangunan perpustakaan. Namun belum ada respons," ungkap Yuke.

pengujung perpustakaan Caha Tana'o | dokpri

Perpustakaan Caha Tana'o merupakan perpustakaan pertama di Ncera. Tidak heran, animo anak-anak dan orang tua sangat besar. Semenjak perpustakaan tersebut beroperasi pada 10 November 2019, setiap pelajar SD pulang sekolah, mereka selalu berkunjung ke Perpustakaan Caha Tana'o. Untuk membaca buku. Sekitar satu jam. Setelah itu, mereka pulang ke rumah. Untuk makan. Kemudian kembali ke perpustakaan. Sampai azan asar. Setelah isya, mereka kembali berkunjung.

Pemuda dan orang tua juga berkunjung ke Perustakaan Caha Tana'o. Gerakan literasi ini mengurangi budaya menggunjing. Pun demikian, anak-anak dapat mengurangi kegiatan yang tidak produktif.

Buku yang dikoleksi di perpustakaan tersebut sangat sedikit. Karena keterbatasan dana untuk penggadaan bahan bacaan. Pemuda yang tergabung dalam komunitas ini akan tetap berusaha membangun komunikasi dengan instansi yang tidak mengikat dan pemuda Ncera di luar kota. Supaya dapat menyumbangkan bukunya untuk Perpustakaan Caha Tana'o.Pengelola sudah menyusun rencana agar perpustakaan tersebut tetap eksis. Agar pembaca semakin banyak. Langkah yang dilakukan Yuke dan kawan-kawannya yakni mengadakan lomba. Kegiatan ini bertujuan mengevaluasi pemahaman anak-anak setelah membaca buku.

Selain itu, ada pengelola perpusatkaan mengajarkan sejumlah mata pelajaran. Ada matematika, bahasa Indonesia, agama, IPA, kesehatan, bahasa Inggris, dan lainnya. Enam hari dalam sepekan. Mulai malam Senin sampai malam Sabtu. Pengajarnya berbeda-beda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline