Lihat ke Halaman Asli

Nur Fatimah

Mahasiswi

Lika-liku Petani Padi, Berusaha Tetap Produktif di Tengah Meningkatnya Kesulitan

Diperbarui: 26 Desember 2020   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lahan persawahan petani di sebuah desa di daerah Klaten, Jawa Tengah (Foto: Fatimah)

Semangatnya bagai obor yang menyala-nyala meskipun angin terus menerus meniupnya. Agaknya, kalimat tersebut pantas disandingkan dengan semangat para petani dalam menghasilkan padi ditengah kesulitan yang dirasa semakin menjadi-jadi. Yang orang lain pada umumnya lihat hanyalah nasi tersaji diatas meja makan. Namun, dimata para petani, nasi tersebut adalah hasil jerih payah dan proses yang panjang serta tidak mudah.

Saat pagi masih buta serta hawa masih begitu dingin, petani sudah bergelut dengan pekerjaannya. Mengolah lahan agar mampu menghasilkan padi yang bagus dan berkualitas adalah cita-citanya. 

Dari padi itu, petani memberikan nafkah untuk menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya. Namun, semakin waktu berjalan, kesulitan yang dihadapi petani semakin beragam, mulai dari serangan hama yang sulit dikendalikan, cuaca yang tidak bisa ditebak, hingga kelangkaan pupuk yang tak masuk akal.

Pagi itu, 16 Desember 2020, Mulyono, 51 tahun, telah sibuk sejak pagi. Dengan berbekal tekad yang kuat, Ia mengolah lahan yang disewanya untuk ditanami. Ia mulai membersihkan lahannya dari serangan keong untuk kemudian ditanami benih padi. 

"Kalau hujan terus menerus, kan sawahnya jadi banjir mbak. Kalau sudah begitu, keong jadi banyak, makannya harus dibersihkan dulu supaya nanti tidak memakan benih padi yang baru ditanam" tutur Mulyono selaku salah satu petani di Klaten. 

Ia mengatakan bahwa semakin lama, kesulitan untuk menanam padi menjadi meningkat. Berbagai kendala silih berganti menghampirinya dan petani lainnya.

Pertama-tama, saat hendak menanam padi, Mulyono harus terlebih dahulu menyiapkan benih yang bagus, agar hasil padi yang dihasilkan sesuai dengan harapan. 

Hal ini tidak mudah, dikarenakan tikus sering mengganggu dan memakan benih yang baru saja disebar disawah. Sering kali, Mulyono dan petani lainnya harus membeli dari penyedia bibit padi untuk mencukupi bibit padi yang dibutuhkan. 

Selain itu, lahan juga harus disiapkan dengan cara dibajak, agar tanah menjadi gembur dan mudah untuk ditanami bibit padi. Setelah itu, ketika lahan sudah siap, barulah bibit yang sebelumnya disiapkan bisa ditanam.

Mulyono mengatakan, dalam proses perawatan bibit padi yang sudah berhasil ditanam juga tak jauh dari tantangan. Mulai dari cuaca yang sering tak menentu yang membuat Mulyono dan petani lainnya menjadi kebingungan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline