Lihat ke Halaman Asli

nurfadhilah rauf

Dosen, Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Pendidikan

Sibling Rivalry pada Keluarga Nabi

Diperbarui: 16 Maret 2025   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: canva

Setiap keluarga pasti pernah menghadapi konflik, termasuk di antara saudara kandung. Entah itu persaingan mendapatkan perhatian orang tua, perbedaan perlakuan, atau sekadar kompetisi kecil dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apa yang terjadi jika persaingan itu tumbuh menjadi iri hati yang mendalam? Al-Qur'an, melalui kisah Nabi Yusuf (AS) dalam Surah Yusuf, mengajarkan kita banyak hal tentang sibling rivalry dan bagaimana mengatasinya dengan kesabaran dan pengampunan.

Iri Hati di Antara Saudara: Awal dari Konflik

Bayangkan menjadi seorang anak yang dikelilingi saudara-saudara yang seharusnya menjadi pelindung dan teman. Namun, bagi Nabi Yusuf, kenyataannya justru sebaliknya. Dalam QS. Yusuf: 8, Allah menceritakan bagaimana saudara-saudaranya merasa iri terhadap Yusuf dan adiknya:"Ketika mereka berkata, 'Sungguh, Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita, padahal kita ini adalah kelompok (yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam kesesatan yang nyata.'"

Rasa iri ini bermula dari persepsi bahwa ayah mereka, Nabi Ya'qub (AS), lebih menyayangi Yusuf dan Bunyamin. Hal ini menggambarkan perasaan yang sering muncul di antara saudara: merasa tidak adil atau kurang dihargai. Siapa pun yang pernah merasa diabaikan atau dibanding-bandingkan di dalam keluarga mungkin dapat memahami perasaan ini.

Ketika Iri Hati Berubah Menjadi Perbuatan

Sayangnya, rasa iri yang dibiarkan tumbuh tanpa diatasi bisa memicu tindakan yang merugikan. Saudara-saudara Yusuf, diliputi kecemburuan, merencanakan tindakan ekstrem untuk menyingkirkannya. Dalam QS. Yusuf: 9, mereka berkata:

"Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat yang jauh, agar perhatian ayahmu tertuju kepadamu, dan setelah itu, jadilah kamu orang-orang yang baik."

Meskipun mungkin tidak sampai membuang saudara ke dalam sumur seperti yang dialami Nabi Yusuf, banyak di antara kita mungkin pernah merasakan ketegangan atau konflik tajam dengan saudara sendiri. Kadang, tanpa disadari, kita bisa menyakiti mereka lewat ucapan atau tindakan, hanya karena ingin mendapatkan pengakuan atau kasih sayang lebih.

Kesabaran Nabi Yusuf di Tengah Pengkhianatan

Nabi Yusuf, meskipun dikhianati dan dibuang oleh saudara-saudaranya, menunjukkan keteguhan hati yang luar biasa. Ia tidak membalas dendam atau menyimpan kebencian. Sebaliknya, ia menjalani setiap ujian dengan sabar hingga akhirnya Allah membukakan jalan keluar yang indah.

Dalam perjalanan hidupnya, Yusuf menghadapi berbagai ujian berat: menjadi budak, difitnah, hingga dipenjara. Namun, di balik semua itu, ia terus memegang teguh iman dan keyakinannya kepada Allah. Ini menjadi pelajaran penting bagi kita, terutama ketika berada di posisi yang sulit akibat konflik keluarga. Kesabaran dan keyakinan pada pertolongan Allah akan membawa kebaikan di waktu yang tepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline