Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Disiplin Meniti Kesederhanaan

Diperbarui: 1 November 2020   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Foto: rctiplus.com)

 Bagi setiap muslim, keteladanan adalah yang utama. Saya yakin ini juga dimiliki oleh kaum lainnya. Artinya komunitas muslim, dan penghayat agama lain baik Kristen Yahudi dari kelompok samawi, maupun Hindu Budha dan lainnya, ada konsep-konsep keteladanan. 

Maulid Nabi 2020 Masehi, atau 1442 Hijriah, atau sebenarnya ya mirip dengan Natal nya komunitas Kristiani, adalah sebuah  momentum untuk kembali refleksi arti sebuah keteladanan. Keteladanan yang sarat makna, sebenarnya, kesehatan.

Rasulullah Muhammad SAW adalah figur sederhana. Sederhana dalam hidup. Sederhana dalam menjalani prosesi semua aktivitas di dunia ini.  Tidur hanya beralaskan pelepah daun korma, adalah satu dari contoh betapa sederhana hidup seorang hamba mulia itu. Perut keroncongan sampai diganjal batu, padahal beliau adalah Kekasih Allah SWT, juga sebuah tanda kesederhanaan.

Saya akan berusaha menyampaikan beberapa hal dengan tujuan berbagi kisah. Seputar Rasulullah, di saat Maulid Nabi 2020 ini, sehingga kita akan berusaha terus meneladani beliau. Terlebih, di era imunitas yang semakin rawan. Juga, keimanan yang mungkin sebagian mulai mempertanyakan. 

***

(1) Makan setelah lapar, berhenti sebelum kenyang 

Makanlah setelah lapar, dan berhentilah sebelum kenyang. Itu nasehat dalam banyak riwayat Hadist Rasulullah Muhammad SAW. Dan secara biologis, jam lapar sudah disetel oleh hukum Allah.

Saat pagi hari dinamakan sarapan, saat siang hari dinamakan lunch, makan siang, atau rolasan kata orang Jawa, dan sore atau malam hari yang dinamakan dinner, atau makan malam.

Makan setelah lapar, namun berhentilah sebelum kenyang. Itu tidak mudah. Bagi awam, dapat dikatakan makan saja secukupnya, jangan sampai kekenyangan. 

Seorang sahabat saya, punya testimoni terkait nasehat ini. Beliau senior saya di kantor, sekarang sudah pensiun dan berusia 73 tahun. Dan tetap aktif jamaah shalat di masjid. Sehat. Semua indera utuh: pendengaran, bicara, dan lainnya. Saya bertanya, menu apa yang beliau makan kok bisa sehat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline