Lihat ke Halaman Asli

Semarak Salawat Padang Bulan bersama Cak Nun

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13857125961368252907

Dimuat di TARGETABLOID.COM, Jumat/29 November 2013

http://targetabloid.com/index.php/artikel/detail/913

Yogya,Targetabloid-Kamis malam, (21/11) ada yang tak biasa di tepi pantai Parangtritis, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Panggung luas lengkap dengan tenda dan terpal alas tempat duduk disiapkan sejak petang. Ternyata Emha Ainun Nadjib dan Kiai Kanjeng berkolaborasi dalam acara Salawat Padang Bulan bersama Kiai Muzammil.

Pada kesempatan itu hadir pula Habib Husein Assegaf. “Beliau ini habib tertua di Yogyakarta,” ujar Kiai Muzammil. “Tapi walau telah berusia 86 tahun, Habib Husein masih kuat lari berkeliling lapangan Kridosono sebanyak 5 kali putaran. Di Pondok Pesantren Sedayu, beliau memang mendampingi para santri belajar olah raga dan olah jiwa,” imbuhnya lagi.

Tepat pukul 21.00 WIB acara dimulai. Kiai Muzammil memaparkan harapannya atas acara kolaborasi Salawat Padang Bulan ini. Yakni agar manusia, makhluk yang bukan manusia, pasir, ombak, alam, laut pantai selatan bisa bersalawat bersama kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW sebagai bukti kebesaran Allah SWT.

“Selama ini pantai Parangtritis merupakan primadona tujuan wisata. Pendapatan terbesar Kabupaten Bantul berasal dari di sini. Tapi manusia selalu meminta dari alam dan mengambil manfaatnya saja. Oleh sebab itu, saatnya kita membalas kebaikan alam dengan bersalawat bersama,” ujar Kiai Muzammil dengan dialek Madura yang khas.

Ia memang mengundang Emha Ainun Nadjib dan Kiai Kanjeng secara khusus. Sehingga acara ini sampai harus dimundurkan 3 hari ke malam Jumat Kliwon ini agar jadwalnya pas.

Menurutnya, Cak Nun merupakan titik temu antara kaum abangan dan kaum mutihan. “Ilmunya Cak Nun adalah ilmu hakikat, bahasanya ialah bahasa budaya dan sosial, bukan syariah. Walau kita memahami Islam dari berbagai sisi, toh kita semua sama-sama hamba Allah SWT,” ujar Kiai Muzammil sambil mempersilakan Cak Nun untuk berbagi cerita.

Setelah Kyai Kanjeng bersalawat bersama seluruh hadirin, Cak Nun turut menyampaikan siraman rohani. Ia berpendapat bahwa pulau Jawa ini merupakan perahu dunia. “Itulah sebabnya kenapa raja-raja Mataram bergelar Hamengku Buwono, Amangkurat, Paku Buwono, dll,” ujarnya.

“Di dekat pantai Parangtristis ini dulu juga ada keturunan Raja Brawijaya V dari Majapahit, namanya Syekh Belabelu. Sekarang makamnya ada di atas perbukitan sana. Beliau itu yang menyebarkan Islam di pantai utara Jawa,” imbuhnya lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline