Lihat ke Halaman Asli

Novi Saptina

Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Hamparan Sajadahku, Target Ibadah Ramadanku

Diperbarui: 16 Mei 2018   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadhan yang istimewa ini harus diberi target untuk mencapai tujuan yang maksimal. Seperti telah sering dikemukakan oleh para ulama, dibaca di media cetak ataupun on line, hingga membaca sendiri pada Alquran dan Hadits, betapa mulianya Ramadhan itu, sehingga kita sebagai manusia ini lebih bagus untuk menentukan target dalam memanfaatkan bulan Ramadhan ini agar menangguk sampai habis keuntungan spiritual bulan ramadhan.

Hamparan Sajadah -- Aktifitas -- Kembali Ke Hamparan Sajadah

                Betapa nikmat yang dirasakan bila bersimpuh di hamparan sajadah untuk berhubungan langsung dengan Allah Sang Pencipta dan maha Segalanya. Sajadah yang dibentangkan di sudut rumah dicari yang letaknya nyaman untuk digunakan beribadah. Carilah sajadah yang paling bagus dan dingin rasanya. Di depan sajadah bisa diletakkan rangkaian bunga di atas meja pendek yang cukup untuk meletakkan vas bunga dan satu Alquran, yang bagus dan harum. Bunga Aster dan Gladiol merah dan kuning dipadu dengan dua atau satu tangkai bunga sedap malam yang sangat harum dan memberikan semangat beraktifitas.

                Ketika tempat beribadah bermunajad apada Allah  ini sudah nyaman dan indah seperti ini. Target untuk beribadah menangguk keuntungan Bulan Ramadhan adalah : hamparan sajadah-aktifitas--kembali ke hamparan sajadah. Ini adalah sebuah konsep yang diterjemahkan sebagai berikut:

Dihamparan sajadah yaitu kita melaksanakan ibadah wajib maupun sunah misalnya semenjak pagi hari yaitu shalat subuh, sesudah shalat subuh membaca kitab suci Alquran dua lembar, lalu berdoa apa yang kita minta pada Allah, karena doa sesudah membaca Alquran itu adalah doa yang di ijabah ( dikabulkan ).

Pagi telah menjelang dan saatnya berangkat bekerja. Tetap membawa tasbih agar bisa dilafalkan pada saat senggang waktu tatkala kerja sedang longgar. Itulah yang dinamakan "berdzikir" yaitu mengucapkan lafal untuk mengagungkan asma Allah. Lafal dzikir itu bisa terucap 'Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (Segala Puji Bagi Allah), Laila ha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah) atau Astaghfirllah (Hamba mohon maaf ya Allah ). Betapa kalimat-kalimat itu indah dan syahdu untuk diucapkan seorang hamba kepada Tuhannya.

                Di antara kesibukan kerja, shalat Dhuhur ketika tepat matahari lurus di atas kepala. Di kantor bisa melaksanakan shalat dhuhur itu, sambil membasuh kepala yang terasa panas untuk berpikir dalam pekerjaan setengah hari, dan bersimpuh di sajadah di kantor menjadi penenang sejenak untuk berdialog dengan Allah. Melaporkan bahwa hari ini sudah bekerja untuk sebuah kehidupan, mohon ditunjukkan segala jalan untuk berbuat dalam keridhaan Allah. Berterimakasih bahwa hari ini diberi kesehatan untuk menjalankan semua.

                Karena Allah menyukai hal tersebut. Bila hambanya bersyukur, maka Allah akan menambah kenikmatan untuknya, dan bila hambanya tidak bersyukur maka siksa Allah akan pedih.

                Dan ketika kerja sudah berakhir, kembali ke rumah, bersimpuh kembali di sajadah rumah yang dirindukan. Harum wangi bunga mengiringi Shalat Asar (sore hari), membaca alquran 2 lembar, berdoa itu pasti. Dan hamba yang berpuasa, apalagi hamba itu seorang ibu, tidak bisa sementara waktu berlama-lama di hamparan sajadah, seorang ibu harus menyiapkan masakan berbuka puasa, kurma ,roti dan makan malam.

                Selesai menyiapkan itu hamba seorang ibu kembali lagi ke hamparan sajadah untuk membaca alquran 2 sampai 4 lembar. Akhirnya tiba saat berbuka , adzan berkumandang satu keluarga berkumpul dan berdoa berterimakasih pada Allah karena telah diberi kesempatan bertemu bulan ramadhan dan diberi kesempatan berpuasa dengan seluruh rangkaian pahala yang tak terhingga. Anggota keluarga saling berbicara pengalaman berpuasa sehari itu  dan saling men-support untuk hari berikutnya.

                Shalat Maghrib, membaca Alquran 2 lembar, shalat tarwih, dan menutup mata sejenak beristirahat , memberi kesempatan badan untuk diluruskan ditempat tidur dipasrahkan pada Allah untuk esok hari dibangunkan kembali sebagai hambanya untuk beraktifitas. Yang harus perlu dicatat sehari ini tadi, membaca alquran sudah terlewatkan 10 lembar adalah 1 juz. Jika setiap hari seperti ini maka 30 hari adalah 30 juz yaitu setara dengan 1 alquran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline