Lihat ke Halaman Asli

Menulis Fiksi Berlatar Budaya

Diperbarui: 30 Januari 2017   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlanjur identik sebagai penulis fiksi dengan muatan lokal, sering membuat saya ditanya oleh pembaca bagaimana cara saya melakukannya. Kadang mereka heran, kok saya bisa menulis sesuatu yang jauh dari keseharian saya.
Sebenarnya banyak penulis telah melakukan hal yang sama. Mereka biasa menulis sebuah cerita dengan latar budaya yang berbeda. Dan nyaris tak terendus unsur tempelan di dalam setting yang mereka bangun. Apa rahasianya? Berikut saya bagikan sedikit tipsnya.

Pertama

Jika kita berangkat dari tema yang umum dan ingin memasukkan tema tersebut ke dalam unsur budaya maka pastikan temanya tidak mustahil berada di lingkaran budaya tersebut. Misalnya temanya tentang seseorang yang dijodohkan dengan sepupunya, maka jika dimasukkan ke dalam unsur budaya Minang maka tema tersebut bisa diangkat sebagai budaya ‘pulang ka bako‘ yang memang cukup populer di daerah Minang. Artinya tema ini cocok.

Kedua

Jika kita berangkat dari unsur budayanya terlebih dahulu, maka pastikan ada sesuatu yang menarik dari budaya tersebut untuk kita pilih sebagai tema cerita. Sejatinya sih setiap budaya pasti ada keunikan yang menarik untuk diangkat, tinggal bagaimana kreatifitas kita dalam memilihnya. Ketika kita sudah menemukan sesuatu yang unik dan menarik maka kembangkan menuju konflik yang (sebisa mungkin) tetap berkaitan dengan budaya daerah tersebut dan pastikan itu terbangun hingga ending cerita. Jangan seperti sinetron yang uniknya hanya di opening, selanjutnya sangat umum, konfliknya tak lepas dari perebutan kekasih, perebutan harta dan…amnesia hehehe…

Ketiga

Pelajari lebih detail tentang bahasa, cara berpakaian, pemakaian nama dan jenis makanan misalnya yang akan tervisualkan lewat tokoh yang memerankan. Penggunaan bahasa daerah dalam porsi yang wajar akan sangat membantu terbangunnya setting yang kuat. Ingat, porsi yang wajar, jangan berlebihan karena akan membuat pembaca jadi mumet. Logika pembaca akan sangat terbantu untuk memasuki jalan cerita dengan adanya unsur bahasa, cara berpakaian, pemakaian nama, bahkan jenis makanan sekalipun.

Keempat

Carilah rujukan sebanyak mungkin, jangan hanya mengandalkan satu sumber referensi. Kumpulkan buku-buku terkait, bahkan jika perlu lakukan diskusi dengan penduduk di daerah tersebut. Carilah teman sebanyak mungkin dari daerah yang bersangkutan agar kita punya banyak sumber referensi. Minimalisirlah kejanggalan, ketidakwajaran dan kelemahan dalam cerita yang kita buat dengan meminta pendapat mereka.

Kelima

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline