Lihat ke Halaman Asli

Nova Yulfia

Content Writer

Hanya dengan 6 Kiat Sederhana Ini Mengubah Anak Manja Menjadi Anak Mandiri

Diperbarui: 21 September 2019   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

my.theasianparent.com

Hai kompasianers, tidak ada seorang ibu yang tidak sayang kepada anak-anaknya. Namanya juga lahir dari rahim ibu, yang artinya sayang, setiap anak yang dilahirkan penuh perjuangan kasih sayang. Namun yang membedakan sayang itu kadang pada kadarnya. Jika berlebihan akan menjadi memanjakan anak itu sendiri yang pada akhirnya menjadi bumerang terhadap orangtua.

Artikel ini sedikit banyaknya berangkat dari keresahan saya terhadap sikap possesif saya yang berlebihan kepada si sulung. Akibatnya si sulung yang kini usianya sudah 11 tahun, namun masih menunjukkan sikapnya yang manja,  padahal adiknya ada 3 orang lagi. 

Setelah saya telaah dan pelajari, ternyata bahasa cinta saya sebagai seorang ibu lebih dominan kepada bahasa pelayanan. Apa-apa saja kebutuhan anak, sebisa mungkin saya layani sebaik mungkin. Setahun lalu, saya masih mencoba menggendong dia di di punggung. Padahal beratnya sudah mencapai 50 kg dengan tinggi badan 150 cm.

Tapi sejak setahun lalu pula saya dan suami mencoba mengubah pola asuh kami terhadap keempat anak-anak supaya mereka tidak menjadi manja. Sebab, sebagai orangtua kita mesti sadar, seharusnya kita mempersiapkan mereka, melatih mereka untuk mandiri yang berguna bagi kehidupan mereka kelak, bila kita sudah tidak ada lagi.

Setelah belajar ilmu parenting kesana-kemari, akhirnya saya menemukan 6 formula mudah untuk mendidik anak supaya kelak mereka tidak menjadi manja lagi. Yuk simak ulasan berikut ini yaa..

Membuat peraturan. Setiap keluarga memiliki peraturan berbeda-beda. Dengan adanya peraturan diharapkan anak akan belajar disiplin mengenai waktu dan hal-hal lainnya. Upayakan aturan dibuat se-luwes mungkin, kalau bisa didiskusikan bersama aturan apa yang akan dimasukkan,  supaya anak merasa lebih memiliki rasa tanggung jawab terhadap poin-poin peraturan tersebut.

Peraturan yang kami buat dirumah di rembukkan bersama anak-anak, apa kegiatannya, waktunya, dan ditempel di dinding yang selalu dilalui. Saya mengambil posisi menempelkan "daily activity" yang berisi aturan-aturan itu di lorong antara kamar mandi dan dapur. Kebetulan di rumah kami, lorong ini menjadi lalu lintas paling padat.

Alhamdulillah, selama ini peraturan yang kami sepakati bersama itu, belum pernah di rombak, baik isi maupun materi kertasnya.  

Wajib konsisten dengan aturan yang sudah dibuat. Mengubah kebiasaan memang bukan pekerjaan mudah, termasuk konsisten dengan aturan yang sudah dibuat. Ada saja halangan tidak terduga dalam pelaksanaannya. Namun, setidaknya berusaha mendekati full konsisten akan peraturan, layak diberi reward.

Tidak mudah menyerah dengan segala bentuk rengekan. Ibu mana yang tahan dengan rengekan anaknya. Jadi kedua orangtua harus saling bahu membahu mengingatkan tentang peraturan tersebut berguna membangun mental dan disiplin anak-anak. Tidak mudah memang melalui tanpa rengekan manja mereka, anak-anak. Justru di sinilah anak akan belajar arti konsisten. Melihat sang ibu luluh dengan rengekan, maka buyarlah ilmu disiplin dan segala peraturan tadi.

Jangan pernah berpikir anak akan kecewa dengan segala aturan. Jadi sebelum membuat peraturan harian di rumah, ada baiknya diberikan edukasi terlebih dahulu terhadap anak. Sosialisasikan kepada mereka bahwa aturan ini kita buat demi kebaikan mereka juga. Awal-awalnya kami, melakukan trial-error dulu. Supaya anak tidak kaget dan dengan lebih mudah menerima segala konsekuensinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline