Lihat ke Halaman Asli

Tugas Mata Kuliah Prof Dr Apollo (Daito)

Diperbarui: 20 Mei 2020   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Gambar penulis

Hasil proses audit suatu perusahaan dituangkan dalam Laporan Keuangan Tahunan atau biasanya disebut sebagai Annual Report. Opini audit yang disampaikan dalam laporan keuangan menjadi cerminan bagi banyak perusahaan akan performa dan kondisi keuangan yang dialami pada tahun tersebut. Tentu saja, proses audit ini harus dilaksanakan dengan sebenar-benarnya serta sejujur-jujurnya. Karena, audit menjadi salah satu kunci untuk mempertahankan kepercayaan para pemangku kepentingan dan sebagai pelindung dalam mempertahankan nilai saham perusahaan pada pasar bursa. Maka dari itu, proses audit harus dijalankan dengan sebenar-benarnya serta dengaan sejujur-jujurnya yang selanjutnya menjadi prosedur yang Independen.

Masih tertanam didalam ingatan kita akan kasus yang terjadi pada perusahaan Enron dan KAP Andersen di Amerika Serikat. Kasus ini sempat mengguncang dunia akan pelanggaran Kode Etik yang dilakukan KAP tersebut. Banyak investor yang mulai ragu akan hasil laporan audit eksternal perusahaan yang berakibat timbulnya krisis kepercayaan pada auditor eksternal. Sehingga banyak para investor mendesak pemerintah dan regulasi terkait untuk membuat kebijakan yang lebih ketat akan proses audit yang berlaku saat itu.

Di indonesia, kasus ini terjadi pada perusahaan BUMN yaitu PT Garuda Indonesia Tbk dengan Kantor Akuntan Publik Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (member of BDO Internasional) dengan Akuntan Publiknya Kasner Sirumapea. Kasus ini terjadi akibat adanya pengakuan pendapatan yang tidak seharusnya diakui pada tahun Laporan Keuangan 2018 beserta dugaan audit yang tidak dilakukan sesuai standar akuntansi. Hal ini berimbas pada harga saham Garuda Indonesia yang anjlok sampai titik terendah sebesar Rp 150 rupiah. Tentunya hal ini mencerminkan ketidakpercayaan para investor dengan menjual saham mereka kembali akibat kasus yang terjadi.

Dari beberapa kasus diatas, sebenarnya tidak semua Akuntan Publik seperti demikian. Tetapi, kepercayaan para pemangku kepentingan atau investor tergoyahkan karena skandal-skandal yang pernah terjadi. Tekanan-tekanan terjadi dalam berbagai jenis agar kualitas audit harus ditingkatkan baik dari segi regulator maupun auditor itu sendiri. Auditor dan perusahaan harus memiliki prinsip transparan dan akuntabilitas agar dapat memulihhkan kembali kepercayaan para pemangku kepentingan. Salah satu contohnya dengan laporan yang disajikan harus mengandung informasi yang tepat dan mengedepankan profesional mereka, khususnya auditor yang harus memiliki prinsip independen.

Lantas apakah dengan selelsainya kasus-kasus tersebut tantangan dalam dunia perauditan telah selesai? Big NO. Teknologi yang terus berkembang membuat berbagai lini bisnis mulai meninggalkan kebiasaan tradisional menjadi lebih canggih. Pencatan akuntansi yang biasanya secara manual, kini dengan teknologi yang canggih dengan sekali input transaksi maka berbagai jurnal yang berkaitan akan terinput otomatis dalam sistem. Para Akuntan Publik harus mengembangkan teknologi menjadi lebih canggih dalam mengelola data, sehingga diharapkan data yang didapat merupakan real time.

Namun, hal ini menjadi tantangan yang lumayan besar bagi para auditor, dimana rata-rata latar belakang pendidikan mereka berasal dari Akuntansi, Perpajakan dan Ekonomi bukan dari IT yang harus memahami algoritma-algoritma sistem yang sulit untuk melakukan pengolahan data pada laporan keuangan yang akan diaudit. Selain dari sisi pengolahan untuk menganalisis data audit, sistem informasi yang kompleks serta pengendalian internal pada perusahaan klien yang canggih membuat auditor harus cepat mengerti akan sistem tersebut.

Tantangan-tantangan yang dihadapi saya rangkum sebagai berikut:

1. Campur tangan teknologi

Kemunculan berbagai software akuntansi memanjakan penggunanya dengan kemudahan yang diberi. Banyak bagian accounting perusahaan saat ini tidak melakukan input jurnal sendiri ke sistem melainkan otomatis terinput dalam sistem. Contohnya, Saat mencatat penjualan perusahaan, yang melakukan input data ke sistem merupakan bagian penjualan dengan memasukkan berbagai detail seperti jenis barang, harag barang, kuantitas yang terjual, PPN dan lainnya. Otomatis data yang diinput tersebut akan terekam pada sistem dalam bentuk jurnal. Nantinya, bagian accounting di akhir periode tutup buku akan melakukan pemeriksaan terkait jurnal dan melakukan jurnal adjustment ketika menemuka ketidaksesuaian pada sistem.

2. Pengetatan audit internal

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline