Lihat ke Halaman Asli

Noralia Purwa Yunita

Guru, blogger, penulis pemula

Mutiara dari Alor: Kisah di Balik Kesuksesan Meraih Penghargaan Tingkat Nasional

Diperbarui: 3 Juni 2020   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan " (pasal 31 ayat 1 UUD 1945)

Dari pasal ini mengartikan bahwa setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Tidak memandang ras, golongan sosial, daerah, bahkan anak jalanan dan terlantar pun berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan sesuai. Namun, pemerataan pendidikan tidak sepenuhnya dapat dilakukan dengan mudah dan sesuai dengan harapan tujuan pendidikan Nasional Indonesia. Banyak permasalahan yang perlu diselesaikan agar hak siswa untuk mendapatkan pendidikan seutuhnya dapat tercapai.

Tidak meratanya jumlah guru yang tersebar di beberapa daerah menjadikan transfer pendidikan ke siswa menjadi terhambat. Sebut saja di daerah 3T. Jumlah guru di daerah ini tidaklah sesuai dengan porsi kebutuhan mata pelajaran yang diajarkan. Banyak guru di daerah tersebut yang merangkap mengajar untuk beberapa mata pelajaran.

Sebagai contoh guru lulusan Biologi yang juga mengajar IT, fisika dan kimia . Memang jika dilihat dari segi keilmuannya, masih dalam satu rumpun pelajaran yang sama yaitu sains. Namun, siswa tidak akan memperoleh transfer ilmu secara maksimal dikarenakan penyampaian ilmu juga hanya terbatas di bagian dasar saja.

Disamping itu, fasilitas yang serba kekurangan juga menjadi suatu problematika tersendiri bagi sekolah di daerah tersebut. Keterbatasan sarana yang ada memberikan dampak yang signifikan pada proses pembelajaran. Apalagi untuk mata pelajaran yang memang butuh alat peraga agar materi yang disampaikan lebih mudah dicerna siswa. Misalnya pada mapel IPA atau IPS. Pada akhirnya dibutuhkan inovasi tersendiri dari sang guru untuk membuat suatu alat yang dapat mendukung proses pembelajaran. Tentunya alat tersebut dengan memanfaatkan dan memaksimalkan apa yang ada dan dimiliki oleh daerah tempat ajarnya.

Dialah Pak Arif Darmadiansah, sosok guru muda yang luar biasa dedikasi dan pengabdiannya untuk pendidikan. Dia rela meninggalkan segala kenyamanan yang ia rasakan di tanah kelahirannya, Solo demi untuk mencerdaskan siswa siswi daerah ujung batas Negara ini.

Sekolah tempat pak Arif mengabdi sekarang ada di ujung alor. Daerah 3T kalau orang bilang. Terpencil, terluar, terdalam dan ter ter lainnya. Berada di puncak perbukitan, berbatasan langsung dengan negara tetangga timur leste yang dipisahkan oleh selat. Bagi beliau dan warga asli sana, akan lebih dekat ke dili daripada ke kupang bila naik kapal atau pesawat. Melihat kondisi ini, jelas bagi sekolah tersebut jika minim adanya fasilitas. Ketiadaan listrik, sinyal telepon, internet, dan sarana prasarana lain menjadi makanan sehari-hari bagi guru dan siswa di sekolah.

Proses pembelajaran pun tiap harinya kurang optimal karena terbatasnya fasilitas yang ada. Hal ini  tentunya menjadi kegelisahan dan tantangan tersendiri bagi guru untuk menciptakan sebuah inovasi pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa.  Akhirnya muncul ide Pak Arif untuk menciptakan suatu karya yang berguna untuk mendukung proses pembelajaran nya.

Karya Inovasi Pembelajaran

Berawal di tahun 2016 yang terinspirasi dari sebuah proyektor hologram 3. Ketika itu beliau ingin menjelaskan invertebrata tetapi siswa tidak punya gambaran sama sekali tentang apa itu invertebrata. Terciptalah hologram hasil karya pak Arif sebagai alat peraga invertebrata. Alat ini terbuat dari mika tutup CD bekas  yang dibentuk seperti prisma sebagai tempat hologramnya dan hp android sebagai penayang video atau gambarnya. Namun karena sesuatu hal, mika CD diganti dengan akrilik. Dengan akrilik, tampilan gambarnya menjadi lebih jelas, gambarnya juga detail dan tidak kusam.

Beliau menggunakan model penelitian pengembangan atau RnD agar produk benar-benar valid dan shahih. Produk yang sudah jadi, diuji kevalidannya oleh ahli dan kelayakan pemakaian produk oleh siswa pada saat pembelajaran di kelas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline