Lihat ke Halaman Asli

Nor Asnira

Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

Gang Luna, Kampung Toleransi Penuh Toleransi

Diperbarui: 18 Desember 2022   17:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Beberapa waktu yang lalu kami berkesempatan mengunjungi kampong toleransi yang berada di gang Luna Bandung, Jawa Barat. Kampung Toleransi di Kota Bandung adalah salah satu contoh komitmen pemerintah untuk menghargai tempat toleransi yang kuat, aktif, dan maju. Sebagai upaya melestarikan keragaman dan keragaman di Kota Bandung, maka didirikanlah Kampung Toleransi.

Kampung Toleransi Gang Luna diresmikan pada 20 Agustus 2017 oleh Ridwan Kamil, Walikota Bandung saat itu. Acara peresmian dilakukan di lapangan Monek Desa Jamika yang bersebelahan dengan fasilitas serbaguna RW 04. Ridwan Kamil langsung mendatangi Gang Luna dan menorehkan tugu berbentuk batu yang kemudian dibantah oleh tembikar putih sebagai ciri khas Kampung Toleransi RW 04. RW 04 Kampung Toleransi juga menggelar acara buka puasa bersama di bulan Ramadan, seperti yang dilakukan di vihara Dharma Ramsi. Vihara Dharma Ramsi secara geografis bukanlah bagian dari wilayah Gang Luna. Namun, Desa Toleransi Gang Luna adalah tempat kuil sering menyelenggarakan acara-acaranya. Pasalnya, dua komunitas tersebut diketahui menggunakan jalur yang memisahkan Gang Luna dan Dharma Ramsi. Kampung Toleransi bukan tanpa alas an diberi nama tersebut. Melimpahnya tempat ibadah di kawasan seluas 8,3 hektar ini mencerminkan toleransi yang hadir di sana. Ada gereja, biara, dan masjid di dekatnya. Keberadaan tempat ibadah ini tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan sekitar dan warga juga tidak merasa terganggu akan adanya tempat ibadah tersebut. Di kawasan tersebut terdapat Pesantren Da'arut Taubah (NU), Masjid An-Nashir (JAI), Gereja Katolik St. Mikael, GKI Kebonjati, GKP Kebonjati, GIA Budiman, Tempat ibadah SAKKHI (Harre Khrisna), Kong Miao MAKIN Bandung (Khong Hu Cu), Wihara Sinar Mulia (Tao), Vihara Dharma Ramsi (Tri Darma), Vihara Tanda Bhakti (Buddha), dan heritage Kota Bandung Kelenteng Besar Xie Tien Gong.

Menurut Wali Kota Bandung, pada masa proklamasi, perbedaan melahirkan Indonesia. Ras, etnis, agama, dan budaya adalah beberapa di antaranya. Kesenjangan ini mengajarkan kita bahwa sebagai warga negara kita harus bisa saling menghormati dan menghargai perbedaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline