Lihat ke Halaman Asli

Listrik Pintar untuk Kota Cerdas

Diperbarui: 21 April 2016   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Sumber foto: Statitistik Ketenagalistrikan 2014, Kementerian ESDM"][/caption]

The best way to predict the future is to create it.

Sebuah ungkapan dari Abraham Lincoln diatas nampaknya memang benar. Terbatasnya sumber daya yang ada dihadapkan dengan tingkat kebutuhan manusia yang semakin meningkat, membuat  kita harus bersiap untuk segala kemungkinan di masa depan. Dan cara terbaik untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan adalah dengan menciptakannya sendiri.

Kota sebagai salah satu saksi perkembangan jaman, saat ini menjadi tempat lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa kota terus mengalami peningkatan populasi. Kenaikan ini utamanya disebabkan oleh urbanisasi dan perubahan dari desa menjadi kota. BPS memperkirakan bahwa pada tahun 2035 nanti, dua pertiga penduduk Indonesia akan menyesaki kota.

[caption caption="Persentase Penduduk Daerah Perkotaan | diolah dari statistik BPS"]

[/caption]

Oleh karena itu, persiapan untuk menghadapi perkembangan kota dan permasalahan yang melekat didalamnya menjadi penting. Perkembangan kota yang tidak diantisipasi dengan baik akan menjadi masalah yang kompleks dan multidimensi, seperti: kemacetan, kemiskinan, kriminalitas, krisis energi, degradasi kualitas lingkungan dan bencana lain. Kota harus mampu menopang dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh warganya, tentunya dengan tetap memperhatikan aspek livability.

Konsep Smart City atau Kota Cerdas hadir sebagai salah satu solusi pengelolaan sumber daya secara efisien. Konsep Kota Cerdas pertama kali dimunculkan oleh IBM ─perusahaan komputer asal Amerika─ untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Ada enam dimensi utama untuk mencapai Kota Cerdas, yaitu: lingkungan, mobilitas, kepemerintahan, ekonomi, masyarakat dan kehidupan. Masing-masing dimensi kemudian diejawantahkan dalam area kerja beserta indikator-indikator didalamnya.

[caption caption="Smart City Index Master Indicators | sumber data: Smart Cities Council"]

[/caption]

Energi ─dalam hal ini listrik─  sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia, menjadi indikator utama dalam area kerja Manajemen Sumber Daya. Dengan demikian, pembangunan di sektor ketenagalistrikan menjadi sebuah hal yang penting guna menopang pembangunan dan kebutuhan energi yang terus meningkat di masa depan.  Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Ancaman Krisis Listrik

Buku Statistik PT. Perusahaan Listrik Negara Persero (PLN) tahun 2014 menunjukan bahwa produksi total PLN (termasuk pembelian dari luar PLN) pada tahun 2014 sebesar 228.554,91 GWh, mengalami peningkatan sebesar 12.366,36 GWh atau 5,72% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini mengikuti kenaikan konsumsi listrik oleh Industri, Rumah Tangga, Bisnis dan Lainnya. Kelompok pelanggan Industri mengkonsumsi 65.908,68 GWh (33,19%), Rumah Tangga 84.086,46 GWh (42,34%), Bisnis 36.282,42 GWh (18,27%), dan Lainnya (kepentingan sosial, gedung pemerintah dan penerangan jalan umum) 12.324,21 GWh (6,21%). Penjualan energi listrik untuk semua jenis kelompok pelanggan yaitu Industri, Rumah Tangga, Bisnis dan Lainnya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,37%, 8,90%, 5,17% dan 7,63%.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline