Lihat ke Halaman Asli

Yunita Kristanti Nur Indarsih

TERVERIFIKASI

... n i t a ...

Mari Akhiri dengan Bahagia...

Diperbarui: 15 Agustus 2023   19:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Artikel/Sumber: Pexels (Caroline Veronez)

“Katakan, bahwa dirimu layak untuk berbahagia…”
Adegan itu diakhiri dengan pelukan hangatnya, benar-benar bisa merasakan kemerdekaan. Terima kasih...

“Tidak untuk menyesali, karena toh itu pilihanku.. Tetapi, rasanya merevisi keputusan itu juga bisa dibuat sebagai keputusanku saat ini. Mencintai adalah memerdekakan bukan membelenggu. Aku tahu bahwa kita sama-sama berpura-pura bahagia saja 10 tahun ini. Aku tidak menyalahkanmu, ini kesalahan kolaborasi.. Mari akhiri dengan bahagia…”

Keputusan menikah dengannya dibuat dengan keputusan emosional. Takut dengan penilaian sosial. Hari gini belum nikah, bagaimana masyarakat memandang? Apa kata orang? Kecemasan karena penilaian orang. Sungguh konyol, tapi itu terjadi. Kisah ini dimulai...

Sebenarnya pernikahan bukan sebuah solusi saat itu. Aku, Yudistia seorang pelari ulung yang membawa luka. Tidak menyembuhkannya melainkan menyimpan rapat dan menikmatinya. 11=12 dengan diagnosis masokisme? Entahlah.. 

Luka itu menghantam banyak pihak dan kemudian berakhir dalam neraka pernikahan. Saling menyakiti. Seharusnya KDRT yang artinya KERUKUNAN Dalam Rumah Tangga terjalin, malah sebaliknya justru K di sini berarti KEKERASAN. Selayaknya K di sini adalah KASIH bukan KERIBUTAN. Selayaknya di sini K adalah KEDAMAIAN bukan KEKEJAMAN.

Aku bukan sedang menyesali, justru aku sedang bersyukur manakala semua yang terjadi kemarin telah kumaknai sebagai sebuah pembelajaran baik, bagiku dan bagi orang lain. Aku bersyukur bahkan ketika dia memeroleh kebebasan dan kebahagiaan, walaupun masih ditemani oleh air mata. Tidak apa-apa, ini sebuah proses. Aku dan Kyrie berpisah...


Sepanjang ruas jalan tol itu, teriakan-teriakan Kyrie menjadi semakin memekakan telinga.

"Kita mati bareng aja...!" Mobil dipacu dengan kecepatan maksimal dan ingin menabrakkan mobil ke besi separator sisi kiri. Teriakan dan wajah Kyrie memerah... Aku hanya berdoa semoga Tuhan masih memberi keselamatan pada kami berdua. 

Sekuat-kuatnya aku sebagai wanita, pasti akan tetap kalah. Posisi saat itu tidak mungkin meluapkan emosi yang sama dengan yang dilakukan Kyrie, tidak mungkin. Aku masih dapat berpikir logis. Bersyukur sekali, di sisi akhir gerbang tol, Kyrie berhenti. Aku menangis dan sungguh bersyukur bahwa kami berdua masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline