Lihat ke Halaman Asli

Ninik Karalo

Pendidik berhati mulia

Gerimis Membatu

Diperbarui: 5 Juni 2021   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

 
Gerimis Membatu

di pantai itu, rinai membatu di bingkai langit
malam berselimut kabut, kita berjalan menuju arah berbeda
walau begitu aku yakin kita bisa sampai
pada jalan buntu di satu lorong yang sama  

lalu kau berteriak, mengapa jurang terjal menyelubungi jalan kita?
padahal, aku ingin berkencan dalam lebatnya rintik hujan
bersama kumpulan seribu bintik rinai tengah bercenkrama
yang di dalamnya prahara tersenyum dikulum, miris

padahal, air mata hanya untuk melepas kama
yang pernah terbanggakan, itu siasia
lalu untuk apa meluka jika hanya untuk tahu
kita takkan pernah bersama, bersatu?
aaaach...!

apa kita harus kembali ke ujung muara
seperti pertama bersua lalu berpisah
saling menatap kepergian,
aku dan dirimu meragu bersama

apa pernah terpikir olehmu 'ntuk menyerah?
terlalu lama kita menentukan arah, padahal
kita samasama sadar kau hanya mampu menatap bulan
sementara aku hanya bisa mengharu di pelataran sukma
hayal kita menembus kulit langit yang menghampa
rinai tiada mengucur, gerimis telah mengkristal

waktu terus membelai,
kelam mesra mengecup hening
membeku hingga seribu malam
atau tiada terhitung jumlah hari
sebab aku terlalu bimbang,
kita takkan sampai
pada satu muara yang sama
sebab kulihat gerimis
membatu di bingkai temaram

@NK


Cat:
Pernah tayang di Blog Pribadi
Sudah disunting




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline