Lihat ke Halaman Asli

Nilna Safira

International Relation

Jejak Diplomasi Khulafa' Ar-Rasyidin II: Utsman bin Affan - Ali bin Abi Thalib

Diperbarui: 23 September 2022   01:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kepemimpinan umat muslim di bawah khulafa' ar-rasyidin tidak hanya berhenti pada dua kahlifah saja. Namun, tajuk kepemimpinan terus berlanjut hingga khulafa' ar-rasyidin yang ke-empat. 

Peristiwa wafatnya Rasulullah SAW telah lama berlalu, keadaan ini semakin membuat ketimpangan yang dalam umat Islam serta lebih banyak terjadi huru-hara pelik mengenai agama Islam. Hal seperti itu juga dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan khulafa' ar-rasyidin terdahulu dan ambisi pihak eksternal khulafa' ar-rasyidin.

Utsman bin Affan

Utsman bin Affan merupakan sahabat terdekat Rasulullah SAW. Kedekatan ini dimaknai secara eksplisit dimana ia mendapatkan garis keturunan tersebut dari ibundanya yang merupakan saudara sepupu Rasulullah SAW. Beliau lahir dan didik oleh seorang ayah yang merupakan seorang pedagang sukses dan terpandang. Dengan silsilahny tersebut beliau lahir dan berkembang menjadi sosok pedagang cerdas yang dapat mengembangkan harta warisan ayahnya. Pada usianya yang ketiga puluh empat tahun, ia masuk sebagai golongan yang masuk pertama kali.

Keistimewaan yang didapat Utsman bin Affan sebagai sahabat ialah mendapat julukan 'Dzunurrain'. Julukan dzunurrain ia dapatkan karena menikahi dua putri Rasulullah SAW yakni Ruqayyah dan Ummi Kultsum.

Upaya kepemimpinan yang Utsman bin Affan lakukan saat kekhalifan berada ditangannya adalah penumpasan pemberontakan yang menabil kesempatan atas wafatnya Umar bin Khatab. Dalam masa kekhalifahannya Utsman memiliki petunjuk kebijakan beberapa diantaranya pajak bukan merupakan aspek utama dalam fungsi khalifah serta sebagai seorang yang berperangai santun, ia juga mendirikan administrasi yang ramah dan penuh pertimbangan.

Banyaknya pemberonak sejak wafatnya Rasulullah SAW berdampak pada terkikisnya wilayah-wilayah yang pernah berada dalam naungan keislaman semasa Rasulullah SAW. Maka dari itu dalam hal perpolitikannya ia ekspansi politik ke daerah-daerah seperti Azerbaijan, Ar-Ray, Alexandria, Tunisia, Cyprus, Tripoli, An-Nubah, Kubah dan Kerman. Beliau juga memajukan pemerintahan dengan mengembangkan lembaga dalam pemerintahannya yaitu Baitul Mal.

Ali bin Abi Thalib

Diangkatnya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah ternyata merupakan kisah kekhalifahan Islam terakhir, sebelum hilang digantikan dengan sistem kerajaan yang digaungkan oleh dinasti penguasa umat Muslim berikutnya. Ayahnya adalah Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf. ibundanya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Qushay bin Kilab. Terlihat jelas dari struktur nasabnya, bahwa Ali adalah sepupu Rasulullah SAW.

Masa pemerintahan Ali dimulai dengan panasnya keadaan perihal terbunuhnya Utsman bin Affan secara misterius dan pelaku juga tidak kunjung ditemukan. Pada awal masa kekhalifahannya Ali langsung disibukkan dengan mencari pembunuh Utsman bin Affan, langkah seperti itu juga dilkakukan karena adanya tekanan yang sangat besar dari kubu Mu'awiyyah bin Abi Sufyan. Peristiwa meninggalnya Utsman dan tidak kunjung ditemukannya pembunuh Utsman menjadikan situasi semakin memanas dan memercikkan api peperangan yang akhirnya berakhir pada perang Ash-Shiffin.

Dalam riwayat setelah beberapa saat masa kepemimpinannya, Mu'awiyyah dan kelompok yang dipimpinnya tetap tidak mau berbai'at kepada kepada Ali. Dengan alasan akan berbai'at jika pembunuh Utsman bin Affan sudah berhasil ditemukan. Keadaan ini menimbulkan perpecahan kubu dalam  umat Muslim. Akhirnya peristiwa ini melahirkan proses diplomasi yang dikenal dengan nama 'Tahkim'. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline