Lihat ke Halaman Asli

Natal, Kesederhanaan, Kreativitas, dan Toleransi

Diperbarui: 28 Desember 2017   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Natal adalah sebuah peristiwa yang sudah terjadi 2017 tahun yang lalu. Yaitu sebuah peristiwa kelahiran Yesus, sebuah karya penyelamatan Allah yang luar biasa, di kota kecil bernama Bethlehem. Dilahirkan dengan Maria sebagai ibu dan Yusuf sebagai ayah. Di dalam palungan di kandang domba, dalam kesederhanaan tentunya.

2017 tahun berikutnya, kita memperingati Natal, kebanyakan menyebutnya perayaan, karena pengaruh budaya Eropa dan Amerika. Karena lahir dalam kesederhanaan, peringatan pun tentu boleh juga dalam nuansa kesederhanaan. Tidak ada larangan. 

Ketika menjelang Natal, di berbagai tempat, baik gereja maupun tempat umum, pasti ada simbol-simbol yang menandakan peringatan Natal, umumnya adalah pohon Natal dengan bernagai pernak-pernik, Sinterklas/Santa Claus, bahkan juga hiasan mirip salju. Begitu juga di berbagai media: surat kabar, majalah, televisi, sampai media daring.

Ini semua adalah pengaruh dari budaya barat, terutama Eropa dan benua Amerika bagian utara, yang ketika Natal pasti bersamaan dengan musim dingin dengan pohon-pohon yang seperti kita kenal sekarang itu. Bahkan Natal di Timur Tengah, yang mayoritas beragama Islam sendiri juga menggunakan atribut seperti topi berwarna merah-putih layaknya Sinterklas.

Di Indonesia, nuansa seperti itu tetap ada kendati budayanya berbeda. Namun, belakangan umat Kristen maupun Katolik di Indonesia tampak lebih kreatif dan inovatif. Nuansa Natal hampir sama, namun disesuaikan dengan kultur di sini, plus dengan konsep kesederhanaan.

dokpri

dokpri

Seperti tampak pada rekaman kamera yang diunggah tersebut. Itu adalah dekorasi Natal di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Grogol Jakarta.

Sekali lagi, konsepnya adalah kesederhanaan. Pohon Natal dibuat dari kertas koran bekas yang disusun sedemikian rupa. Proses pembuatannya pun juga melibatkan seluruh jemaat, baik ketika kebaktian usai, maupun bisa dikerjakan di rumah masing-masing untuk 'bakal calon' pohon Natalnya. Jadi, dalam pembuatannya, tidak hanya melibatkan panitia dan seksi dekorasi saja. Konsepnya adalah kebersamaan. 

Pohon Natal ini juga dibiarkan natural, tanpa diwarnai sama sekali. Untuk efek warna sendiri menggunakan sistem pencahayaan lampu sorot yang ditempatkan di bawah dan fokus cahaya yang menyebar ke arah pohon Natal, dengan berbagai warna. 

Dekorasi kali ini berbeda dengan dekorasi tahun-tahun sebelumnya yang selalu menggunakan pohon Natal sintetis alias buatan pabrik. Lagipula, jemaat mungkin juga bosan dengan pohon Natal yang itu-itu melulu, yang kalau warganet bilang, gak kekinian zaman nowbanget. 

Ada juga dekorasi palungan beserta patung Maria, Yusuf, dan bayi Yesus. Palungan ini terbuat dari kayu bekas yang tak terpakai. Namun, di sini bisa difungsikan sebagai tempat pengumpulan persembahan, alih-alih sebagai hiasan saja. Yang bekas pun bisa multifungsi, kan?

dokpri

dokpri

Patung terbuat dari styrofoam, lagi-lagi barang bekas. Styrofoamini kemudian dilapisi dengan bahan sejenis kapur mirip semen, yang biasanya dipakai untuk gipsum di rumah-rumah hunian.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline