Lihat ke Halaman Asli

Cinta Renjana

Penulis Naskah Drama Opera, Hoby Otodidak

Angkringan de'Cintren "Indonesia 2030" (eps 1)

Diperbarui: 13 April 2018   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: pcpmiisolo.wordpress.com

May be yes, may be no.

Angkringan de'Cintren sejak sore sampai petang bakda magrib kelarisan, banyak pembeli, pelanggan dan juga dari luar kota yang mampir sekedar melepas lelah sambil wedangan kopi jahe, kopi susu jahe atau ada beberapa pembeli sengaja makan malam sederhana nasi kucing / nasi bungkus, murah meriah, rasanya juga mantap.

"Di sini masih sering hujan ya pak?" tanya pembeli seorang sopir bis engkel yang makan bersama kernetnya.

"Eya mas, tadi siang sampai sore juga hujan, untungnya waktu pasang tenda sudah reda, mas dari mana?" jawab de'Cintren sambil membungkus susu jahe pesanan seorang wanita paruh baya yang ditunggu seorang pria mungkin suaminya di mobil stasion.

"Saya dari ngantar rombongan ke pelabuhan, mau pulang." jawabnya.

"Berapa semuanya pak? tanya ibu itu.

"Semua dengan gorengannya, delapan ribu rupiah bu." de'Cintren kembalikan duabelas ribu dan ibu itu berpamitan.

"Saya sudah pak, nasinya dua, tahu bacem dua, bakwan tiga, kopi item, sekalian rokok kreteknya satu isi 12. Kamu apa Tok?" yang dipanggil Tok menyebutkan yang dia makan dan munum. Sebentar kemudian bis sudah start dan jalan tinggalkan warung angkringan de'Cintren.

Para pelanggan yang biasa ngangkring malam mulai datang. 

Kang Birin datang. "Malem de' sehat de', kopi jahe pedes dan bakarkan cakar dua kasih kecap banyak. sapanya dilanjut pesan.

"Dengaren kamu datang dari utara, darimana kamu kang?" kang Birin tidak langsung jawab, dia sedang pilih cakar ayam yang gede.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline