Lihat ke Halaman Asli

armand yazin

#inarmandastheniawetrust

Toa Masjid yang Tak Pernah Salah

Diperbarui: 5 Mei 2021   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaskia Adya Mecca (sumber: selebriti.okezone.com)

Beberapa hari yang lalu lini masa dunia maya tampak ramai gaduh menyoal budaya membangunkan sahur ala-ala muslim di perkotaan lewat pengeras suara Masjid, diawali dengan unggahan akun Instagram  pesohor @zaskiadyamecca perihal cara membangunkan sahur yang lewat pengeras suara Masjid yang menurutnya sedang hits, dan dalam nada bertanya istri sutradara Hanung Bramantyo tersebut mengemukakan tentang etika membangunkan sahur terkait video yang ia unggah.

Saya mencoba flashback ke masa kanak-kanak dan remaja, tentang sebuah pengalaman lucu dan berharga terkait pengeras suara Masjid. Dahulu kala sewaktu Sekolah Dasar, ketika bulan Ramadhan tiba kami bertukar cerita mengenai Mu'asahur (meminjam istilah Mu'adzin atau Adzanist si pelantun adzan). Kami bercerita mengenai siapa yang di-mention oleh penggugah sahur via pengeras suara Masjid, mulai dari Pakde Kartono, Bude Tukiyem, Pak Marjo, Bu Yatmi dan banyak lagi.

Sebuah kebanggan bagi kami anak-anak kecil apabila nama orang tua kami disebut secara random dari sekian banyak warga RW, lalu hal tersebut kami jadikan bahan cerita dan ledekan antar sesama siswa di ruang kelas.

Menginjak remaja, saya iseng sekali waktu mencoba hal serupa, waktu itu saya berlaku sebagai penggugah sahur, saya coba mention beberapa warga. Walhasil beberapa  jam berselang  ketika usai pulang dari ibadah subuh saya dapati mereka yang saya mention menyapa saya lebih ramah dari biasanya. Mention effect, mungkin tak berlebihan jika disebut demikian. Mungkin efek yang sama  ketika kita mengetikkan nama penerima pesan WA ketika kita japri..serasa dekat, hangat dan respectful.

Pengalaman berharga mengenai pengeras suara Masjid saya dapati dari warga mancanegara, kala itu di waktu sore tibalah saat sembahyang Ashar, saya tengah bertandang ke rumah teman sebut saja Putra,  yang mana jarak rumah Putra dengan masjid hanya berkisar 20 meter.

Logo TOA Corporation. (sumber: wikipedia.org)

Kala bertandang itu saya dapati di rumahnya ada seorang bule, sewaktu kumandang adzan Ashar bule tersebut protes dalam bahasa Inggris. Intinya, mengapa harus memakai pengeras suara tuk memanggil waktu berdoa. Putra, teman saya tersebut tampak kurang enak hati mendengar apa yang diutarakan si bule tersebut dihadapan saya, saya  tersenyum lebar menahan tawa mendengar ujaran tersebut.

5 menit berselang saya pamit untuk solat Ashar. Akward moment..lalu pucat-pasilah si bule tersebut mengetahui saya seorang muslim yang terpanggil oleh suara adzan lewat pengeras suara Masjid, dan sekali lagi saya hanya tersenyum geli..it's  okay Dude, no problemo..

Usai teman bule tersebut berpamitan pulang, Putra bercerita bahwa  suatu kali temen bule-nya menginap dirumah dan terganggu oleh suara pengeras suara Masjid ketika si bule tidur dengan nyenyaknya pada pukul 3:30. Saya bertanya dalam hati, Masjid mana yang mengumandangkan adzan subuh pukul 3:30 ?. Mustahil, itu tidak mungkin.

Esok harinya saya bersaksi bahwa pada pukul 3:30 dari pengeras suara Masjid terdengar lantunan Takhrim, lantunan takhrim yang oleh Putra dan Si bule disangka sebagai kumandang adzan subuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline