Lihat ke Halaman Asli

Janji Tak Teguh Seorang Pencinta Buku

Diperbarui: 22 Januari 2021   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Juni tahun lalu, aku sempat menuliskan bahwa aku tidak akan beli buku lagi sampai akhir tahun 2020. Bahkan, jika jumlah bukuku yang belum baca digabungkan dengan buku-buku Soya, seorang pembeli buku garis keras, maka daftar buku yang akan dibaca masih cukup banyak sampai 2 tahun mendatang. Artinya 2 tahun sejak Juni 2020 (sampai Juni 2022), sekalipun mampir ke toko buku, aku belum perlu boyong buku baru lagi. 

Memahami kelemahan sendiri terhadap daya tarik buku bagus nan murah, aku memutuskan untuk tidak sering-sering mampir ke toko buku. Godaan untuk belanja buku masih sulit diabaikan. Adanya pembatasan kegiatan luar disebabkan masa-masa pendemi ini justru menambah barisan alasan untuk tidak sering-sering ke toko buku.

Seorang pembeli buku sejati tahu, betapa sulitnya menahan diri untuk tidak melihat buku judul-judul baru di toko buku tanpa membawanya pulang.. ;) Hal tersebut semakin didukung dengan adanya toko buku online yang acapkali menawarkan potongan harga yang (haduh) sulit ditampik. Tanya saja sama Soya... hahaha...

Ternyata, janjiku untuk tidak beli buku itu hanya isapan jempol tak teguh. Sebelum sampai ke akhir tahun aku sudah membeli 4 buku baru. Setelah 7 bulan berlalu sejak janji terucap dan 4 kali ke toko buku, aku takluk kepada 7 buku...  Betapa janji tak teguh seorang pencinta (baca: pembeli) buku... Hehehehe...

Salah satu alasan mengapa aku sulit melepaskan 7 buku tersebut selain karena penulisnya, alasan lainnya adalah kisah-kisah di buku tersebut adalah kisah hidup seseorang. Hidup yang diceritakan, pengalaman yang dituliskan, pikiran yang dicatatkan, selalu berlipat-lipat lebih menarik. Serupa kunang-kunang yang menawan hati.. :) Pengandaian yang tak sejajar... hehehe...

Tujuh judul buku baru  itu masih belum rampung baca. Ada buku yang bahkan sampul plastiknya belum dibuka. Berikut ini judul-judulnya:

Tanah Air Baru, Indonesia. Buku karangan Hilde Janssen ini bercerita tentang istri-istri para pria Indonesia berkebangsaan Belanda yang kembali ke Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan.

Paper Town. Karya John Green ini sudah difilmkan. Selain Paper Town, karya John Green yang suda difilmkan adalah The Fault in Our Stars.

Selebriti. Karya Alberthiene Endah. Diterbitkan pertama kali di tahun 2008 dan cetakan ketiganya dirilis tahun 2016, buku ini menceritakan tentang pribadi-pribadi yang berjuang menjadi selebriti.

Larung. Karya Ayu Utami. Larung merupakan lanjutan novel Saman. Nah, aku belum selesai baca Saman. Novel Saman yang kupunya adalah edisi bahasa Inggris. Mungkin itulah sebabnya jejak baca Saman yang masih berada di halaman-halaman awal.

Bersepeda Melintasi Benua, Merambah Dunia. Ditulis oleh Bambang Hertadi Mas. Belum dibuka plastiknya.. :) Namun, pengalaman beliau tentu sangat menarik untuk diikuti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline