Lihat ke Halaman Asli

Neno Anderias Salukh

TERVERIFIKASI

Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Modal Indonesia sebagai Negara Maju

Diperbarui: 27 Februari 2020   07:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bonus demograsfi perlu diimbangi dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). | (Sumber: SHUTTERSTOCK/ARTHIMEDES)

Apa modal Indonesia untuk menghadapi status negara maju?

Kebijakan Amerika Serikat (AS) mengeluarkan Indonesia dari daftar negara berkembang (Developing and Least-Developed Countries) yang bersifat permanen ini menjadi topik hangat di media saat ini. Tak sedikit orang yang menganggap kebijakan ini sebagai awal mula perang dagang yang harus diwaspadai dan diantisipasi.

Juga, banyak dampak negatif yang harus dihadapi oleh Indonesia di sektor ekonomi. Akan tetapi, seperti kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Indonesia tidak perlu kuatir dengan status negara maju yang sedang disandang oleh Indonesia.

Lalu, apa yang sejatinya menjadi modal Indonesia untuk tidak kuatir dan siap menghadapi kebijakan ini?

Modal Indonesia untuk menghadapi negara maju adalah letak geografis, sumber daya alam. Letak geografis Indonesia yang memiliki wilayah laut dan darat yang cukup besar dan seimbang dengan sumber daya alam yang melimpah dari Sabang sampai Merauke menjadi kekuatan tersendiri untuk tidak berharap belas kasihan dari negara-negara maju.

Akan tetapi, melimpahnya sumber daya alam tidak akan memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian jika jumlah penduduk yang berusia produktif lebih sedikit atau mengalami tren penurunan. 

Karena penduduk yang memiliki komposisi usia produktif memiliki pengaruh besar untuk menciptakan dinamisme dalam perekonomian dan sosial dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tak produktif.

Indonesia sepatutnya bersyukur karena berdasarkan data Sensus Penduduk Antar Sensus (Supas 2015) jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 269,6 juta jiwa pada tahun ini (2020). Jumlah tersebut terdiri atas kategori usia belum produkftif (0-14 tahun) sebanyak 66,07 juta jiwa, usia produktif (15-64 tahun) 185,34 juta jiwa, dan usia sudah tidak produktif (65+ tahun) 18,2 juta jiwa.

Data proyeksi penduduk. Sumber: katadara.co.id

Jumlah penduduk kategori usia produktif lebih dari setengah populasi atau 68,75 persen dari populasi. Jumlah ini diproyeksikan akan terus bertambah hingga tahun 2045 dengan total jumlah penduduk sebanyak 318,96 juta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline