Lihat ke Halaman Asli

NENI RATNA YULIANI

Membaca Dan Menulis Adalah Dua Sejoli

KRL Semakin Menjadi Transportasi Andalan Kaum Urban Jabodetabek

Diperbarui: 14 September 2022   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya, pengguna transportasi publik. Dan transportasi publik yang saya gunakan adalah kereta, yang disebut dengan sebutan KRL (kereta rel listrik) commuter line Jabodetabek. Sudah kurang lebih selama 9 tahun saya menggunakan kereta commuter ini.

Rumah tempat tinggal saya berada di daerah penyangga ibukota, berlokasi di Kota Tangerang Selatan, tepatnya di wilayah Pamulang, sementara kantor saya berada di bilangan Jakarta Pusat, di wilayah Tanah Abang, dekat dengan pusat perbelanjaan Pasar Tanah Abang, dekat pula dengan Stasiun Besar Tanah Abang. 

Artinya, domisili dan tempat bekerja berada di kota yang berbeda, di provinsi yang berbeda. Dengan alasan jarak dari rumah ke tempat bekerja yang cukup jauh itulah (kira-kira 25 KM), saya harus memilih transportasi publik yang sangat-sangat tepat. 

Tepat dalam arti hemat waktu, hemat tenaga, dan hemat dari segi ongkosnya. Kalau tidak, saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Apakah saya akan menyerah mencari nafkah di ibu kota ini.

Sejauh ini, KRL sudah menjadi transportasi andalan saya sehari-hari, bahkan sudah menjadi transportasi andalan kaum urban se-Jabobetabek pada umumnya. 

Terlebih ketika saat ini, seperti yang sudah kita ketahui bersama, ketika harga BBM sudah naik, yang berimbas pula kepada kenaikan harga pangan serta ongkos transportasi publik lainnya, saya semakin tidak bisa untuk berpindah ke transportasi publick yang lain selain kereta commuter ini.

Perbandingannya dengan jika saya menggunakan transportasi pribadi atau bus, waktu tempuh bisa mencapai 3 jam perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya. 

Dengan kereta, total durasi perjalanan dari stasiun keberangkatan terdekat dari rumah saya (Stadiun Sudimara), sampai di stasiun tujuan yaitu Stasiun Tanah Abang, hanya menghabiskan waktu sekitar 20 menit saja, ditambah dari rumah ke stasiun diantar kendaraan pribadi 15 menit, dari Stasiun Tanah Abang ke kantor dengan berjalan kaki kurang lebih 10 menit, total hanya menghabiskan waktu 45 menit saja. Perbedaan ongkosnya pun akan berkali-kali lipat besarnya . 

Dengan kereta, saya cukup mengeluarkan ongkos PP enam ribu rupiah saja, sementara dengan kendaraan yang lain bisa menghabiskan ongkos PP lima puluh ribu rupiah, bahkan bisa lebih.

Di sisi yang lain, tentu saja, transportasi KRL ini juga mempunyai kekurangan-kekurangan. Tetapi tetap saja buat saya, semua kekurangannya itu bisa tertutupi kelebihan-kelebihannya. Dan kalau saya hitung-hitung, masih banyak kelebihannya daripada kekurangannya.

Ingin tahu apa saja kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan kereta commuter Jabodetabek? Dari apa yang saya lihat dan saya alami sendiri, kurang lebih seperti di bawah ini:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline