Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Menjadi Korban Ghosting, Cepat Move On karena Berdamai dengan Diri Sendiri

Diperbarui: 9 Maret 2021   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Bicara soal ghosting yang sedang ramai dibicarakan itu, saya jadi teringat kisah masa silam saya. Puluhan tahun ke belakang. Yang entah, apakah itu termasuk ghosting? Sepertinya sih iya.

Dulu banget ketika saya masih ting ting, menjalin hubungan dengan lelaki yang usianya lebih tua 10 tahun dari saya. Saya berkenalan dengannya ketika saya magang di tempatnya bekerja, di kawasan Pinang Ranti, Jakarta Timur. Saya masih kuliah waktu itu.

Karena sering ditugaskan bersama, maka saya jadi sering berjumpa dengannya. Saya pun jadi lebih sering menghabiskan waktu dengannya di lapangan, di lokasi penugasan. Ya begitulah, lambat laun memunculkan rasa. Dia yang berasal dari daerah tempat saya lahir, semakin menambah kedekatan kami.

Kami pun akhirnya bersepakat menjalin hubungan yang lebih serius. Terlebih dia sendiri mengaku ingin mencari pendamping hidup mengingat usianya yang tak lagi muda. Siapa takut? 

Nah, sejak itu kami pun kerap menyiapkan waktu berdua setelah pekerjaan tuntas. Jalan-jalan berdua ke tempat wisata di hari libur atau makan bersama atau nonton atau cuma sekedar ngobrol-ngobrol saja.

Saya magang hanya 6 bulan, kebetulan saya diterima kerja di perusahaan lain, di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur. Meski beda kantor, kami rutin berkomunikasi. Apalagi masih di wilayah yang sama, Jakarta Timur.

Selama 1 tahun hubungan terjalin pertemuan kami hanya seminggu sekali, terkadang dua minggu sekali. Apalagi kalau bukan karena kesibukan kami, khususnya dia. Meski demikian komunikasi tetap terjalin, lewat pager atau telepon ke kantornya atau dia telepon ke rumah saya.

Setelah 1,5 tahun menjalin hubungan, dia mulai hilang-hilangan tuh. Dia mengajak bertemu, ditunggu-tunggu sekian lama tidak menampakkan diri. Akhirnya saya pulang setelah telepon ke kantornya tidak ada. Janjian lagi untuk bertemu, nongol sih setelah berjam-jam saya menunggunya. Janjian lagi eh kumat lagi hilangnya.

Ketika saya tanya mengapa selalu menghilang jawabnya karena ketika mau bertemu saya, dia mendapat penugasan dari kantornya. Saya tidak bisa marah karena sebagai sesama pekerja lapangan saya bisa memahami ritme pekerjaan yang sebagian besar waktunya dihabiskan di lapangan daripada di kantor, yang terkadang penugasan diberikan secara mendadak.

Hingga suatu ketika sebulan terakhir itu saya mulai sulit menjangkaunya. Mulai bertanya-tanya ada apa gerangan. Setiap ditelepon ke kantor selalu dijawab tidak ada, SMS juga tidak ada jawaban. Seperti tiba-tiba menghilang begitu saja. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Ya seperti hantu, meski saya sama sekali belum pernah melihat hantu.

Dan, di suatu hari saya mendapat informasi yang cukup mengejutkan dari teman sekantornya, yang juga kawan saya, ketika berjumpa dengannya dalam satu agenda yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline