Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Snowy, "Kembalinya Kucing yang Hilang"

Diperbarui: 28 Februari 2021   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Ini Snowy. Setidaknya begitulah nama yang diberikan anak-anak pada kucing ini. Mungkin karena bulunya berwarna putih. Barangkali juga karena mengingatkan kucing yang dipelihara kala anak-anak masih kecil, yang hilang entah di mana.

Snowy bukanlah kucing peliharaan keluarga saya. Entah punya siapa. Dua pekan lalu, sepulangnya saya belanja mingguan di depan kompleks rumah bareng anak kedua saya, kucing ini tiba-tiba masuk ke rumah saya. Yang tentu saja disambut gembira oleh si kecil.

Saya tidak tahu kucing ini punya siapa. Diinformasikan di group tidak ada yang mengakui. Tidak ada pula yang melaporkan kehilangan kucing peliharaan di group warga, seperti yang sebelumnya, yang ternyata tengah tidur di bawah lemari pakaian.

Karena tidak ada yang mengaku, akhirnya suami memutuskan kucing ini dirawat hingga nanti ditemukan siapa pemiliknya. Atau jangan-jangan tidak diakui lagi sebagai bagian dari keluarga? Hingga akhirnya Snowy merasa tersisihkan dan terkucilkan lalu memutuskan kabur? Bisa saja kan begitu? Hehehe...

Nah, sejak keputusan itu mulailah suami membeli makanan, pasir, kotak kotoran, tempat makan dan minun, bedak, shampo, sisir, yang tentu saja disambut anak-anak dengan riang.

Sebenarnya saya tidak suka ada hewan peliharaan di rumah. Dulu, suami pelihara 12 burung, terus pelihara 6 ekor kucing jenis persia dan anggora, kemudian pelihara ikan di akuarium.

Kalau ikan, okelah karena ruang geraknya hanya di aquarium. Buang kotoran juga di aquarium. Beda dengan kucing dan burung yang kotorannya bisa saja berceceran. Itu yang tidak saya suka.

Snowy saat belum hilang dan si bungsu masih imut-imut (dokumen pribadi)

Bukan tanpa sebab saya tidak suka hewan peliharaan di rumah, kucing, misalnya. Pertama, saya khawatir dengan bulu-bulunya yang terhirup lalu hinggap di paru-paru.

Karena menurut saya memelihara kucing bukan tidak ada risikonya bagi kesehatan. Bulunya yang mudah rontok bisa saja terhirup, yang mungkin saja terdapat bakteri yang menempel pada bulu kucing akibat bermain di lingkungan yang kotor.

Kedua, khawatir dengan najisnya. Ya memang disediakan tempat khusus untuk pup dan kencing, tapi kan setelah itu tuh kucing jalan-jalan di area rumah. 

Bisa ke kamar, rebahan di sofa, yang tentu saja melintasi lantai. Yang bekas tapak kakinya mengais-ngais pasir menempel pasti juga menempel di lantai. Kan najis, menurut saya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline