Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

"Suka Duka" Guru (Anak Saya) Terapkan Pembelajaran Jarak Jauh

Diperbarui: 17 Juli 2020   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Tadi pagi, saya menghadiri pertemuan orangtua murid kelas 3 dengan pihak Kepala Sekolah dan Wali Kelas. Kepala sekolah ingin memberikan penjelasan secara langsung dengan tatap muka. Meski penjelasan terkait Pembelajaran Jarak Jauh di Tahun Ajaran 2020/2021 sudah diinformasikan lewat group WhatsApp tapi dirasa kurang "afdhol" saja. 

Sebelum pertemuan dimulai, sejumlah protokol kesehatan Covid-19 diterapkan. Seperti mencuci tangan pakai hand sanitizer, cek suhu tubuh, dan pakai masker. Lalu lanjut ke meja registrasi yang juga disediakan hand sanitizer. Pertemuannya sendiri dilakukan di ruang atas setelah ruangan dibersihkan dan disemprot desinfektan.

Pertemuan dipimpin Kepala SDN Depok 1 Buliher Guthom, S.Pd bersama Wali Kelas 3A (Elfiyarni S.Pd) dan Wali Kelas 3B (Nurhayati, S.Pd). Kepsek juga memperkenalkan para guru matapelajaran. Perkenalan ini tak lepas dari bergabungnya pelajar dan guru SDN Pancoran Mas 2 ke SDN Depok 01 mulai tahun ajaran baru ini. Jadi, ini pertama kalinya saya menjejakkan kaki di "sekolah baru" ini.

Dalam pertemuan ini kepala sekolah menyampaikan belajar dari rumah dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 setiap hari, kecuali Minggu. Karena masa pandemi tidak ada lagi pembagian kelas pagi atau kelas siang. Semua "masuk" pagi. Jadi dalam rentang waktu belajar itu, orangtua diminta untuk mengawasi anaknya harus benar-benar di rumah. Tidak "keluyuran" di luar rumah di jam-jam "sekolah" rentang waktu itu.

"Jangan sampai main ke mall atau ke tempat lain di jam-jam belajar, meski bersama orantua. Karena ada razia yang dilakukan Satpol PP. Jika terkena razia ya akan dilaporkan ke pihak sekolah. Tentu saja ini akan menjadi catatan di pihak Dinas Pendidikan, dan secara tidak langsung juga berimbas kepada saya sebagai kepala sekolah dan guru-guru lainnya," ujarnya.

"Di rumah sakit garda terdepan ya ada tenaga kesehatan, di sekolah dan di rumah garda terdepan ya kita, bagaimana mengawasi dan menjaga anak agar tidak terpapar Covid-19. Jadi guru, siswa, dan orangtua saling bekerjasama," katanya lagi.

Kepala sekolah tak bisa berlama-lama karena ada tamu yang menunggunya di bawah. Jadi pertemuam selama 1 jam ke depan dilanjutkan oleh Wali Kelas 3A dan Wali Kelas 3B. Anak saya kebetulan ada di kelas 3B yang (ternyata) wali kelas yang sama ketika anak saya di  kelas 2. Jelas saya sebagai orangtua senang karena wali kelas sudah mengenal anak saya termasuk segala potensi yang dimilikinya.

dokpri

Dalam pertemuan itu guru menyampaikan "suka duka" mengajar secara daring. Ya memang pandemi Covid-19 membuat banyak aspek sosial berubah, sehingga terpaksa menyesuaikan dengan berbagai hal. Belajar dari rumah memang telah menjadi bagian dari 'new normal' bagi siswa dalam menjalani kehidupan di tengah pandemi virus Corona. 

Mengajar secara online tentu menimbulkan persoalan-persoalan baru yang sebelumnya tidak pernah muncul. Para guru juga harus memutar otak agar kegiatan belajar dan mengajar berjalan secara efektif. Belum lagi kendala infrastruktur dan teknologi membuat adanya kesenjangan pendidikan.

Sebut saja keluhan siswa yang tidak punya kuota. Ada juga siswa yang harus bergantian handphone dengan kakak atau orangtua, hingga siswa yang tidak mengumpulkan tugas. Ada juga siswa yang tidak punya handphone sehingga sulit mengikuti PJJ.

Kendala lainnya terkait jaringan internet. Mempertemukan guru dan murid dalam belajar secara online tentu saja membutuhkan koneksi internet. Jaringan internet yang tidak stabil akan menghambat kemampuan performa siswa dalam menyelesaikan tugas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline