Lihat ke Halaman Asli

nauval afnan

Netijen Julid

Tradisi Mudik dalam Sejarah Perkembangan dan Kearifan Budaya Lokal Indonesia

Diperbarui: 11 Juni 2019   15:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1001indonesia.net

Mudik merupakan fenomena tahunan yang terjadi saat mendekati Hari Raya besar di Indonesia, terutama saat Hari Raya Idul Fitri. Lantas sejak kapan fenomena mudik ini terjadi? lalu dari mana budaya mudik terbentuk?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mudik berarti berlayar atau pergi. Secara epistemologi mudik berarti pulang ke kampung halaman. Jadi mudik adalah suatu perjalanan pulang ke kampung halaman dalam kurun waktu tertentu untuk bertemu dan berkumpul dengan sanak keluarga dan terjadi saat momentum khusus.

Terdapat kesamaan makna dari kata "mudik" dari berbagai perspektif budaya di Indonesia. Istilah mudik bisa dikaitkan dengan kirata basa dari bahasa Jawa yaitu mulih disik yang berarti pulang dulu. Dalam bahasa Betawi kata "mudik" berawal dari penyederhanaan kata dari kata udik yang berarti "kampung".

Belum diketahui secara detail kapan terjadinya awal tradisi mudik berlangsung di Indonesia. Tetapi terdapat jejak-jejak sejarah mudik yang terjadi di era kerajaan Majapahit.

Menurut Dosen Sejarah Universitas Sinata Dharma Yogyakarta, Silverio Raden Lilik Aji Sampurno mengungkapkan bahwa "Selain berawal dari Majapahit, mudik juga dilakukan oleh pejabat dari Mataram Islam yang berjaga di daerah kekuasaan. Terutama mereka balik menghadap Raja pada Idul Fitri." Kompas.com (6/5/2018).

Fenomena mudik terjadi pada zaman kerajaan Majapahit dikarenakan terdapat urbanisasi di era tersebut mengingat wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas hingga Sri Lanka dan Semenanjung Malaya. Selain itu pihak kerajaan Majapahit menempatkan pejabatnya ke berbagai wilayah untuk menjaga daerah kekuasaanya.

Pada zaman dahulu tradisi mudik dilakukan dengan cara mengunjungi sanak keluarga di kampung halaman untuk meminta restu agar pekerjaan di perantauan berjalan dengan baik. Selain itu tradisi mudik juga dimanfaatkan untuk ziarah ke makam leluhur mereka.

Refleksi tradisi mudik di Indonesia yang tercermin dalam budaya di berbagai daerah di antaranya adalah ritual Barong Ider Bumi di Banyuwangi dan tradisi Toron di Madura.

Barong Ider Bumi merupakan ritual warga suku Osing di desa Kemiren, kecamatan Glagah kabupaten Banyuwangi yang digelar setiap tanggal 2 Syawal atau hari kedua lebaran Idul Fitri. Ritual Barong Ider Bumi diisi dengan berbagai macam kegiatan seperti tari-tarian, sembur othik othik atau menaburkan uang koin yang dicampur bunga dan beras kuning, diakhiri dengan kenduri masal.

Dalam ritual Barong Ider Bumi terdapat makna filosofis bernafaskan Islam dan keseimbangan yang dikandung. Tradisi ini juga dimaknai sebagai tradisi tolak bala. 2 Syawal disimbolkan sebagai 2 mahluk ciptaan Tuhan secara berpasangan, laki-laki dan perempuan, siang dan malam.

Tradisi ini sudah menjadi tradisi turun temurun ratusan tahun yang lalu yang dilaksanakan tepat pukul 2 siang di tanggal 2 Syawal. Terdapat 99 koin yang berjumlah Rp. 99.900 yang disimbolkan dari Asmaul Husna nama-nama baik dari Allah yang berjumlah 99. Kemudian koin tersebut akan disebar lalu disambut meriah oleh anak-anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline