Lihat ke Halaman Asli

Kicau Kacau

Pecinta Bintang

Manajemen Air adalah Manajemen Rahmat Tuhan

Diperbarui: 14 September 2019   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: fenixnrb.pl

Banyak orang percaya bahwa hujan adalah rahmat dari Tuhan. Karenanya ketika hujan turun dan airnya berlimpah namun justru membuat bencana maka kita patut berpikir bahwa ada yang salah dengan manajemen rahmat. Begitu juga saat hujan tak turun, ada hal yang patut kita pertanyakan tentang apakah kita bisa menjaga rahmat-Nya dengan manajemen yang baik?

Manajemen air harus dimulai dari tingkat terkecil yaitu individu dan keluarga. Mulai dari rumah, harus ditanamkan pengertian bahwa air adalah rahmat Tuhan yang tidak boleh kita buang dan sia-siakan begitu saja. Air harus dimanfaatkan sampai semaksimal mungkin. Tak boleh ada air yang terbuang begitu saja tanpa dimanfaatkan dulu dengan baik.

Misal, saat mandi atau menyikat gigi, jangan biarkan air terbuang saat tidak digunakan. Matikan keran air saat tidak dipakai. Mungkin hal ini terlihat kecil dan sederhana, namun bila jutaan orang tidak melakukannya maka bayangkan berapa banyak air yang terbuang sia-sia. 

Penggunaan pancuran (shower) juga perlu dipikirkan. Wakil Presiden Yusuf Kalla saat membuka pameran dan konferensi forum air minum dan air limbah (Indonesia Water and Wastewater Expo and Forum/IWWEF) 2016 di Jakarta pernah mengatakan bahwa: "Kita harus belajar hemat air jadi teknologi juga perlu, cara mandi harus diganti. Kalau Anda mandi dengan gayung, kira-kira membutuhkan 18 liter tapi kalau dengan shower hanya 12 liter." (Sumber: Media Indonesia). 

Bayangkan ada 6 liter air yang bisa dihemat setiap orang dalam setiap kali mandi. Kalikan 2, maka dalam satu hari, hanya dari mandi, sudah ada 12 liter air yang bisa dihemat. Kalikan lagi dengan jumlah penduduk Jakarta yang diproyeksi akan mencapat 10,5 juta jiwa di tahun 2019 (sumber: Katadata), maka air yang bisa dihemat setiap hari, hanya dari air mandi, bisa mencapai 126 juta liter. Angka yang fantastis bukan? Sekarang lihat sebaliknya, bila hal itu tidak dilakukan maka jumlah yang sama akan terbuang percuma.

Cara lain untuk memanfaatkan air dengan maksimal adalah dengan selalu menampung sisa air cucian beras, sayur, buah-buahan, serta bahan-bahan makanan lain agar dapat dimanfaatkan lagi untuk menyiram tanaman. Selain hemat air, hal ini juga malah bisa memberi nutrisi lebih kepada tanaman.

Pembuatan biopori di halaman, taman, dan area sekitar rumah pernah menjadi perbincangan walau sekarang mulai memudar. Sebenarnya pembuatan biopori adalah salah satu cara mudah untuk melakukan manajemen air di tingkat rumah tangga. Kompas.com dalam dua kesempatan berbeda pernah menurunkan berita ini:

Tangkapan layar pribadi dari kompas.com

Tangkapan layar pribadi dari kompas.com

Artinya, biopori merupakan cara yang sangat efektif baik untuk mencegah banjir di musim hujan maupun kekeringan di musim kemarau. Satu langkah untuk mengatasi dua masalah sekaligus dalam pengelolaan air.

Menampung air hujan dalam tandon atau bak-bak air juga adalah cara yang bisa dilakukan. Daripada air terbuang percuma dari talang-talang yang menyalurkan air hujan dari atap ke tanah, maka menampungnya untuk dimanfaakan kembali adalah hal yang amat baik. 

Teknologi guna memanfaatkan airnya untuk konsumsi mungkin memang belum terjangkau, namun memanfaatkan air tampungannya untuk menyiram tanaman atau membersihkan halaman tentu bisa dilakukan.

Bila hal-hal kecil yang sederhana bisa dilakukan oleh setiap penduduk kota Jakarta, maka terwujudnya Jakarta sebagai kota yang ramah air bukan hanya akan menjadi mimpi, namun akan menjadi kenyataan dalam waktu yang tidak terlalu lama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline