Lihat ke Halaman Asli

Nanda Astria

Mahasiswa universitas Pamulang

Perubahan Bahasa dalam Perkembangan Zaman

Diperbarui: 2 Desember 2022   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada 94 tahun yang lalu, tepatnya 28 Oktober 1928, para pemuda-pemudi dari berbagai daerah di Nusantara berkumpul dan menyatukan semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Pada hari bersejarah itu, lahirlah sebuah ikrar yang kemudian kita kenal sebagai Sumpah Pemuda.

"Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia."

Itulah salah satu bunyi poin dari ikrar yang masih ditulis dengan ejaan tempoe doloe (ejaan van Ophuijsen). 

Sembilan puluh empat tahun berselang, 77 tahun setelah Indonesia merdeka, kembali ke masa sekarang banyak sekali kata kata baru yang terbentuk selama perjalan zaman tersebut, seperti contoh nya dalam kata gaje, bucin, gabut, mager, japri pansos dan lain sebagainya

munculnya kata-kata baru seperti di atas adalah bukti gampang bahwa bahasa memang berubah. Cara kita bertutur dalam 'bahasa persatuan, bahasa Indonesia' tidak langsung turun dari langit. Bahasa kita ini berevolusi dari ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Bahasa yang merupakan ragam bahasa Melayu ini mendapatkan banyak sekali pengaruh dari Sanskerta, Tamil, Persia, Hindi, Ibrani, Cina, Jepang, Arab, Belanda, Inggris, Portugis, Spanyol, Latin, Yunani, Italia, Jerman, Prancis, dan Rusia. Itu baru dari bahasa dari luar Nusantara loh. Belum lagi saling serap bahasa-bahasa daerah non-melayu seperti Jawa, Sunda, Madura, Batak, Bali, Dayak, Lampung, dan Palembang. Kalau jadi, sejumlah kata dari bahasa di Papua pun akan dimasukkan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V (yang baru diluncurkan 28 Oktober kemarin oleh Badan Bahasa Kemendikbud). 

Pada dasarnya, bahasa sebagai alat komunikasi ada karena kita membutuhkannya. Kata-kata baru akan terus muncul karena kita membutuhkannya, bertahan jika terus kita gunakan, dan kata-kata lama pun hilang dengan sendirinya ketika tak ada lagi orang yang menggunakan kata-kata tersebut.

Mengetahui hal ini, kita tidak perlu khawatir atau bersikap emosional dengan bahasa yang berubah. Apa yang dianggap norak sekarang, bisa saja menjadi baku atau umum di masa mendatang. Sebaliknya, apa yang dianggap keren sekarang, bisa jadi nilainya biasa saja atau tidak berarti sekali di masa depan. Kita bisa melihat dinamika perubahan bahasa ini sebagai sesuatu yang asyik dan seru yang memperkaya kosakata dan perbendaharaan bahasa, selama kita juga bisa cermat menggunakannya pada konteks dan situasi yang sesuai. Memahami hal ini, kalian sebenarnya bisa juga lho menciptakan kata sendiri. Siapa tahu bisa jadi kata populer .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline