Lihat ke Halaman Asli

Nana Marcecilia

TERVERIFIKASI

Menikmati berjalannya waktu

Guru Tidak Sekadar Profesi

Diperbarui: 26 November 2019   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Republika.co.id

Kalau zaman dahulu guru adalah sosok pengganti orang tua di sekolah, kalau sekarang, melihat dari kasus-kasus yang merebak, sepertinya anggapan guru sudah bergeser, guru adalah orang yang dibayar untuk mendidik anaknya.

Hmm... jadi sepertinya, sekarang guru dianggap sebuah profesi belaka. 

Sebenarnya tidak salah juga, karena tidak sedikit guru yang menganggap pekerjaan seorang guru hanyalah sekedar profesi. Yang penting membagi ilmu, dengar tidak dengar, urusan Anda sendiri. Pokoknya nilai harus bagus, tidak peduli para siswa-siswi ini paham atau tidak pelajaran yang disampaikan. Akan tetapi, banyak juga guru yang masih memakai hatinya ketika mengajar dan mendidik siswa-siswinya, para guru ini berusaha semaksimal mungkin agar siswa-siswi ini bisa memahami mata pelajaran yang diajarkan. 

Kalau begini, saya pun mengingat 4 guru yang sangat berkesan dalam kehidupan saya. Entah bagaimana kehidupan beliau-beliau ini sekarang, saya harap beliau-beliau ini sehat selalu, dan selalu mencetak generasi-generasi berikut yang berbakat.

Sebagai wujud hormat, saya merasa tidak perlu lagi memakai nama samaran untuk menceritakan para guru saya ini, hmm.. tapi enaknya menyebut nama panggilan saja kali, ya. Karena saya lupa nama lengkap guru-guru saya. Hehehe. 

Pak Suradi. 

Guru SD  yang sangat saya hormati, berkat beliau, saya tidak lagi dipukuli. Hehe. Berkat beliau pula, nilai saya naik pesat, dari yang begitu bodoh hampir tidak naik kelas, hingga masuk ranking 10 besar. 

Mungkin beliau tidak pernah merasa kalau sikap adilnya pada setiap murid, benar-benar banyak membantu saya dalam berproses belajar. Kalau murid lain merasa beliau sangat galak dan bawel, saya pribadi merasa beliau sangat perhatian. Kalau nilai kami ada yang buruk, kami harus remedial, dan harus mendapatkan nilai yang bagus dulu, baru boleh pulang. 

Kalau kami ada yang menyontek, beliau akan menyetrap kami selama ulangan, belum lagi disentak-sentak pada pelajaran berikutnya. Alhasil, kami kapok menyontek. Perih di kuping rasanya mendengar sentakannya, dan pegal disetrap.

Khusus untuk saya, saat ulangan, saya harus mengerjakannya di bangku sebelah Pak Suradi, supaya tidak dikerjai oleh teman lainnya. Karena itu, saya sangat bisa berkonsentrasi pada pelajaran, dan sama sekali tidak terlalu memikirkan tekanan dari teman-teman yang sepertinya memiliki hobi mem-bully.

Pak Suradi juga selalu mengajarkan kami untuk menjabarkan suatu soal dengan menggunakan Diketahui, Ditanya, Dijawab. Dan ternyata itu melatih saya untuk bisa menangkap inti suatu informasi. Secara tidak sadar, sampai sekarang hal tersebut memudahkan saya untuk menangkap inti suatu informasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline